Minggu, 30 Mei 2010

Tempat Pembuatan Paspor Haji dilaksanakan di Kandepag Kabupaten/Kota

Jakarta (MCH). Paspor haji sebagai salah satu persyaratan berangkat ke tanah suci direncanakan, untuk calon haji 2010 dapat dibuat di kantor departemen agama (Kandepag) masing-masing kabupaten/kota di seluruh Indonesia. ”Jika sebelumnya membuat paspor haji harus di kantor imigrasi, nah sekarang rencananya paspor haji bisa dibuat di kantor Depag,” kata sekretaris Jenderal (Sekjen) Departemen Agama (Depag), Dr H Bahrul Hayat di Tasikmalaya, Jabar, Sabtu lalu.
Menanggapi kebijakan tersebut, Kepala Kantor Depag Kota Yogyakarta, H Nurudin SH MA, mengatakan pihaknya belum bisa berkomentar banyak karena masih menunggu komando dari Kanwil Depag Provinsi DIY. ”Kami harus berkoordinasi dengan Kanwil terlebih dulu. Kami menunggu komando Kanwil dalam rapat koordinasi, baru bisa menentukan langkah untuk melaksanakan kebijakan itu. Saat ini petunjuk teknisnya belum ada,” katanya saat dihubungi KR tadi malam.
Nurudin mengakui, keharusan bagi calhaj untuk mengurus sendiri paspor hijau ke kantor imigrasi memang menyulitkan yang bersangkutan, meski biaya paspor ditanggung pemerintah pusat. ”Dengan kebijakan baru ini, calhaj Kota yang tahun ini diperkirakan sekitar 500 orang akan mendapat kemudahan, cukup mengurus di Kandepag Kota. Dari sisi administrasi pun diharapkan akan lebih tertata,” jelasnya.
Rencana tersebut memang adanya keluhan dari para calon jamaah haji (calhaj) yang membuat paspor hijau merasa kerepotan. Dijelaskannya, pembuatan paspor memang tidak diurusi pembuatannya oleh panitia pelaksana ibadah haji di kantor Depag yang tersebar di tingkat daerah kota dan kabupaten.
Dengan demikian para calhaj terpaksa mengurusi paspor haji masing-masing, dan banyak keluhan karena keberadaan kantor imigrasi yang mengurusi segala administrasi pemberangkatan ke luar negeri masih langka di setiap daerah di Indonesia. Ia mencontohkan, di wilayah Jawa Barat bagian Priangan timur, hanya satu kantor imigrasi yang berada di kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya.
Bahrul yang datang untuk meresmikan kantor baru Depag Kabupaten Tasikmalaya, mengatakan seluruh masyarakat atau jamaah haji 2009 yang tinggal di kabupaten Garut, Ciamis, kota Banjar dan wilayah terpencil lainnya terpaksa harus datang ke Ciawi. ”Saya kira dari daerah pedalaman seperti di Ciamis, Garut, jauh kalau datang ke Ciawi, makanya di 2010 harus dapat dibuat di kantor departemen agama masing-masing daerah,” katanya seperti dikutip Antara.
Departemen Agama akan melakukan kerja sama dengan pihak imigrasi masing-masing daerah dan menempatkan stafnya untuk pembuatan paspor haji diseluruh kantor Depag. ”Jadi nanti, pembutan paspor haji itu bisa dibuat di kantor Depag yang akan dimulai tahun 2010,” katanya. 

Dirjen PHU Depag dan PPIH Arab Saudi Evaluasi Penyelenggaraan Haji 1430 H





JEDDAH–Direktorat Jenderal (Ditjen) Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Departemen Agama (Depag) bersama Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, melakukan evaluasi penyelenggaraan haji 1430 Hijriah/2009 Masehi, di kantor Teknis Urusan Haji, Jeddah, Sabtu (26/12).
Rapat evaluasi dipimpin Direktur Jenderal (Dirjen) PHU Depag
H Slamet Riyanto, dihadiri Kuasa Usaha RI di Riyadh, H. Sukanto, Koordinator Pelaksana Harian PPIH Arab Saudi H. Gatot Abdullah Mansyur, Ketua PPIH Arab Saudi, H. Syairozi Dimyathi, Sekretaris Dirjen PHU H. Abdul Ghafur Djawahir.
Hadir pula Wakil Ketua I Pelayanan Umum dan Ibadah, H. Zainal Abidin Supi, Wakil Ketua II Bidang Keamanan/Kasatops Armina, H. Abu Haris, Wakil Ketua III Bidang Kesehatan H. Barita Sitompul, Sekretaris PPIH H. Ahda Barori, Kadaker Jeddah H. Subhan Cholid, Kadaker Makkah, H. Subakin Abdulmutholib, Kadaker Madinah H. Cepi Supriatna dan para ketua unit kerja.
Hasil rapat evaluasi tersebut menurut Dirjen PHU Depag H Slamet Riyanto akan dibahas kembali ke tingkat Nasional di Jakarta, dalam waktu dekat. Atau usai pelaksanaan haji 1430 H, dimana pada 31 Desember 2009 sebagai penerbangan kloter terakhir jamaah haji Indonesia, dan pada tanggal 2 Januari 2010 pemulangan terakhir anggota PPIH Arab Saudi yakni dari Daker Madinah dan Jeddah.

Pemondokan

Dirjen PHU Depag memaparkan hasil evaluasi, antara lain mengenai persoalan pemondokan di Makkah. Menurutnya, sebenarnya pusat persoalan haji itu ada di pemondokan Makkah. Kalau persoalan tersebut bisa diatasi, mungkin hampir 80 persen soal-soal haji ini sudah bisa diselesaikan.
Namun diingatkan, pada pelaksanaan haji tahun ini Indonesia bisa menempatkan jamaah haji di ring I sekitar 27 persen, yaitu 51.000 jamaah, dari total 191.000 jamaah.
Itu sebenarnya sudah merupakan langkah maju. Sebab, menurut pengakuan muasassah (konsorsium penyelenggara haji yang dipercaya Kementerian Haji Arab Saudi-Red) sendiri, penempatan total jamaah haji seluruh dunia di wilayah ring II 70-80 persen.
“Itu berarti kita sudah cukup banyak. Malaysia saja kalau yang sering dibanding-bandingkan jumlah jamaahnya hanya 26.000 tidak seluruhnya ada di wilayah ring I. Nah ini kedepan kita memang akan ada persaingan yang ketat, sebab kita berusaha untuk bagaimana mendekatkan jamaah kita ke Masjidilharam,” jelasnya.
Sekadar catatan, Menteri Agama H Suryadharma Ali menargetkan jamaah haji Indonesia tahun 2010 berada di ring 1, dengan jarak 3 kilometer dari Masjidilharam.

Transportasi

Menurut Dirjen PHU, dengan adanya keinginan mendekatkan jamaah ke Masjidilharam, otomatis sistem transportasi ke dan dari Masjidilharam akan diminimalisir. Sehingga tidak perlu lagi kendaraan, jika jamaah sudah berada di ring I, tinggal jalan kaki saja ke Masjidilharam.
Dalam bidang transportasi, jelasnya, kalau kota Makkah dalam kondisi seperti musim haji tahun ini, dengan jumlah jamaah yang sangat banyak, terutama bagi jamaah yang berada di ring II dengan menggunakan alat transportasi dan kemampuan apa pun dan tetap sulit untuk bisa lancar. “Anda sendiri kan ikut melihat dan mengamati. Jadi jangan mimpi kalau orang lagi banyak begitu kemudian kita kepingin lancar. Malah lebih enak jalan kaki sebenarnya,” kata Dirjen saat jumpa pers.
Karena ini masalah ibadah H Slamet Riyanto mengaku sering menyampaikan, dan hal ini bukan berarti pihaknya ingin mengeksploitir atau ingin menutup-nutupi kelemahan, tidak. Tapi diingatkan sebenarnya orang berjalan kaki lebih jauh ke masjid pahalanya lebih besar.
“Kan begitu ya pak kiai. Tapi kita harus meluruskan dahulu berniat betul bahwa tujuan kita ke sini ini untuk ibadah haji,” ujar Dirjen PHU sambil menunjuk tokoh yang disebut kiai yang mendampingi pada jumpa pers usai rapat evaluasi, yaitu H Gatot Abdullah Mansyur, H Syairozy Dimyathi, dan H Sukanto yang duduk di depannya.

Lokasi Mina Jadid

Mengenai penempatan jamaah haji Indonesia di Armina, dimana ada jamaah yang berada di Mina Jadid, dijelaskan, pihak otoritas di Arab Saudi sering menyampaikan, Kalau jamaah haji Anda ini terbanyak, mau bagaimana kalau semua minta di jarak dekat jamarat. Anda tahu kan, Malaysia juga ada yang di Mina Jadid.
Diakui, saat ini ada sebagian jamaah yang menempati posisi jauh dari jamarat, cuma nanti harus bisa diusahakan jangan terlalu banyak, harus bisa yang jauh-jauh itu dikurangi. Untuk mencapai hal itu, pihaknya akan melakukan pendekatan.
“Kalau target kita belum bisa pasang, kita kan harus melakukan pembahasan. Kita tau wilayah Mina itu kan memang sangat sempit, walaupun Mina Jadid itu sesuai fatwanya sudah termasuk Mina. Sama misalnya wilayah pengembangan Jakarta dengan akan dijadikannya Jabodetabek”, kata Dirjen memberi perumpamaan.

Dikaji Mendalam

Saat memberi penjelasan soal katering, Dirjen PHU mengatakan, sesuai laporan bidang pengawasan katering Sri Ilham Lubis, dari hasil angket tingkat kepuasan jamaah atas layanan katering mencapai 92 persen.
Namun, dengan adanya berbagai usulan seperti apa sistem katering yang akan datang akan dilakukan kajian mendalam apakah prasmanan atau kembali ke boks, dan hal ini akan dibawa ke evaluasi tingkat nasional. “Ini harus dikaji betul jangan sampai ada pendapat, kita mundur,” katanya.

Segera pulang

Mengenai adanya 11 jamaah yang sudah sembuh tetapi belum bisa dipulangkan, disebutnya memang ada kendala teknis, bukan paspornya ditahan. Melainkan pihak muasassah ingin ada kepastian jamaah dimaksud mendapat “seat” sehingga bisa diterbangkan ke Tanah Air. “Tetapi itu semua sudah diselesaikan, dan mereka ini dalam proses pemulangan, nanti segera diselesaikan,” jelasnya.
Dalam kaitan ini pihak PPIH sudah melakukan pendekatan, telah disampaikan bahwa persyaratan sudah terpenuhi, dan diizinkan pulang. “Namun untuk memulangkan jamaah dalam kondisi yang baru sembuh sakit, kan perlu ke hati-hatian. Insya-Allah semuanya bisa dipulangkan dalam waktu dekat ini. Tolong diinformasikan ke Tanah Air, hal ini,” katanya.

Madinatul Hujjaj

Mengenai upaya kedepan mengatasi persoalan terpencarnya hotel transit di Jeddah, sebagai tempat menginap jamaah sebelum diterbangkan ke Tanah Air melalui Bandara King Abdul Aziz, apakah ada pilihan untuk diintegrasikan, Dirjen PHU mengatakan pihak Madinatul Hujjaj sudah menyampaikan proporsal kepada Departemen Agama akan membangun tower di tempat tersebut.
Intinya pihak Madinatul Hujjaj akan membangun tower sesuai pembicaraan waktu itu dengan Sekjen Madinatul Hujjaj; akan dibangun tower untuk jamaah haji Indonesia. Nanti di tempat ini bisa dilakukan pelayanan satu atap. “Seluruh pelayanan dipusatkan di situ. Bahkan mungkin nanti untuk kantor misi haji, para “home staff” akan bisa ditempatkan di situ. Jadi kita mungkin lebih enak nantinya,” jelas H Slamet Riyanto.
Menurut Slamet Riyanto, saat ini akan dilakukan pembahasan, draf kontraknya sudah disampaikan kepada Depag. Kapan selesainya, dalam draf, pihaknya meminta sesegera mungkin.
“Orang Arab itu kalau membangun kan seperti `sim salabim`. Begitulah, tahu-tahu sudah tinggi saja. Kita doakan bersama-sama. Dananya, ya, dana mereka. Mereka yang membangun. Gan kepastiannya, jamaah kita akan ditempatkan di situ. Ya untuk kapastias jamaah yang melalui Jeddah,” katanya.
Ketika ditanya nilai kontrak, Slamet Riyadi tidak ingin menyebutkan karena, persoalan jumlah, takut tidak tepat. Yang pasti yang dihitung adalah waktu atau lamanya tinggal. Saat menggunakan hotel transito jamaah membayar sekian. Kemudian kita sewa kantor misi haji sekian. Berapa sewanya saya lupa. Kemudian ada sewa untuk `home staff`,” jelasnya.
MCH Bagian dari Haji
Pada awal keterangannya, H Syamet Riyanto menyampaikan terima kasih kepada PPIH Arab Saudi dan khususny kepada teman-teman MCH yang sudah melaksanakan tugas dengan baik sekali. Mampu membuat suasana sejuk. Masyarakat Indonesia menjadi senang dengan berita-berita yang disampaikan teman-teman wartawan, kartena merupakan kondisi yang sebenarnya di lapangan.
Selain itu dikatakannya bahwa, berbagai pendapat memberi kesan bahwa penyelenggaraakan haji tahun ini dinilai lebih baik dari tahun-tahun lalu. “Namun demikian kita masih tetap berharap untuk tahun yang akan datang, mana-mana yang masih kurang itu akan kita perbaiki,” jelasnya.
Dikatakan juga bahwa MCH saat ini sudah menjadi bagian dari penyelenggaraan haji, oleh karenanya dia sependapat untuk dipertahankan dan fasilitasnya lebih dilengkapi di masa mendatang.

Mungkin Hanya Dua Maskapai Angkut Haji




Jakarta(Pinmas)--Garuda Indonesia dan Saudi Arabian Airlines (SVA) mungkin akan menjadi maskapai yang akan mengangkut jamaah haji tahun ini. ``Kemungkinan besar dua maskapai itu,`` kata Sekretaris Direktur Jenderal Haji dan Umrah Kementerian Agama, Abdul Ghafur Djawahir, di Jakarta, Selasa (25/5).
Sejumlah maskapai penerbangan, pada 19 Mei 2010, dipanggil Komisi VIII DPR untuk meminta kemungkinan mereka menjadi mitra pemerintah mengangkut jamaah haji ke Tanah Suci. Saat itu, maskapai yang datang adalah Lion Air, Batavia Air, Garuda Indonesia, Saudi Arabian Airlines, dan Emirates Airlines.
Meski telah memiliki izin mendarat di Arab Saudi dan mengangkut jamaah umrah, Lion Air menyatakan belum siap mengangkut jamaah haji pada tahun ini. Dengan alasan, masa persiapan yang tak cukup. Hal yang sama juga tampaknya akan dialami oleh Batavia Air. Meskipun mereka sanggup menawarkan harga lebih rendah dibanding Garuda.
Menurut Abdul Ghafur, kalau melihat fakta yang ada, persiapan maskapai penerbangan tersebut tak akan mencukupi guna mengangkut jamaah haji tahun ini. Mereka juga baru mengawali penerbangan ke Arab Saudi pada 23 Mei 2010. Dengan kondisi itu, ia memperkirakan target mereka bukan tahun ini.
Apalagi, pada 6 Juni 2010 nanti sudah masuk penentuan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Ia mengungkapkan, pernyataan maskapai tersebut yang siap memberikan harga lebih rendah diyakini hanya untuk publikasi. Artinya, mereka ingin masyarakat tahu bahwa Batavia Air siap mengangkut jamaah haji Indonesia ke Tanah Suci.
Demikian pula dengan Emirates. Maskapai ini menyatakan tak bisa langsung terbang dari Indonesia ke Arab Saudi. Abdul Ghafur menyatakan, pesawat mereka harus transit terlebih dahulu di Abu Dhabi. ``Padahal, mereka diharuskan langsung terbang menuju ke Arab Saudi,`` ungkapnya.
Selain itu, kata dia, hingga saat ini baik Batavia Air maupun Emirates belum memberikan proposal penawaran harga yang mereka inginkan. Baru ada dua maskapai yang telah menyampaikan hal itu kepada pemerintah, yaitu Garuda Indonesia dan Saudi Arabian Airlines.
Namun Abdul Ghafur enggan menyebutkan besarnya harga yang ditawarkan oleh kedua maskapai itu.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, seusai bertemu de ngan Komisi VIII pada 19 Mei lalu menyatakan Garu da menawarkan biaya pe ner bangan sebesar 1.779 dolar AS atau Rp 16,9 juta.
Sumber Republika mengungkapkan, Saudi Arabian Airlines menyatakan telah menyerahkan tawaran besaran harga yang mereka inginkan kepada Kementerian Agama pada Jumat lalu, yaitu sebesar 1.795 dolar AS. Ini merupakan biaya rata-rata pemberangkatan jamaah dari embarkasi Medan, Batam, Jakarta, dan Surabaya.
Bisa turun
Anggota Panja BPIH DPR, Zainun Ahmadi, mengatakan, selama ini Garuda dan Saudi Arabian Airlines mengangkut jamaah dengan perbandingan 60 berbanding 40 persen. Kalaupun ada maskapai penerbangan lain yang bisa mengangkut jamaah pada tahun ini, diperkirakan hanya akan membidik bagian kecil saja.
Di sisi lain, ia masih berharap biaya penerbangan yang mencapai 50 persen lebih dari komponen BPIH, tahun ini bisa lebih rendah. Sebenarnya, bisa saja biaya itu turun hingga 200 dolar AS. Sebab, sebenarnya ada sejumlah komponen biaya penerbangan yang bisa dikurangi.
Zainun mencontohkan maskapai penerbangan sebenarnya bisa mengangkut kargo atau penumpang ketika pulang saat pemberangkatan atau berangkat saat pemulangan.
 
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review