Jumat, 29 Oktober 2010

NASEHAT

Nasihat Seputar Gempa Dan Bencana Alam
Rabu, 27 Oktober 2010 15:31:10 WIB

NASIHAT SEPUTAR GEMPA DAN BENCANA ALAM

Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

_______________________________________________________________________

Pembaca yang budiman,
Kita belum lupa peristiwa gelombang tsunami yang melibas Aceh pada pergantian tahun 2004-2005 Masehi, yang menelan korban beribu-ribu manusia dan kerusakan alam. Tanpa terduga sebelumnya, tanggal Sabtu, 28 Rabi’ul Tsani 1427H, bertepatan dengan 27 Mei 2006M, kita dikagetkan lagi adanya gempa tektonik, dengan kekuatan 5,9 skala richter. Goncangan yang hanya berlangsung sekitar 57 detik ini telah meluluhlantakkan Klaten (di Jawa Tengah) dan Bantul (Yogya). Beribu-ribu manusia meninggal. Tak sedikit pula korban terluka. Dari anak-anak hingga orang tua. Sekian banyak kehilangan tempat berteduh, karena rumah-rumah hancur. Semua dicekam ketakutan tak terperikan.

Apa disebalik hikmah dari setiap gempa yang terjadi di atas bumi Allah ini?
Berikut adalah nasihat Syaikh ‘Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, yang kami angkat dari Majmu’ Fatawa wa Maqaalaat Mutanawwi’ah, IX/148-152. Insya Allah sangat bermanfaat bagi kaum Mukminin dan umat manusia pada umumnya.
_______________________________________________________________________

الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله و على آله وصحابته و من اهتدى بهـداه
أما بعد :

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua yang dilaksanakan dan ditetapkan. Sebagaimana juga Allah Azza wa Jalla Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua syari’at dan semua yang diperintahkan. Allah Azza wa Jalla menciptakan tanda-tanda apa saja yang dikehendakiNya, dan menetapkannya untuk menakuti-nakuti hambaNya. Mengingatkan terhadap kewajiban mereka, yang merupakan hak Allah Azza wa Jalla. Mengingatkan mereka dari perbuatan syirik dan melanggar perintah serta melakukan yang dilarang.

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
"Dan tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti".[al Israa` : 59].

FirmanNya :
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al Qur`an itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu), bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu". [Fushilat : 53].

Allah Azza wa Jalla berfirman :
"Katakanlah (Wahai Muhammad) : "Dia (Allah) Maha Berkuasa untuk mengirimkan adzab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan), dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebahagian yang lain". [al An’am : 65].

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Shahih-nya dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia (Jabir) berkata : "Saat firman Allah Azza wa Jalla قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ turun, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa,’Aku berlindung dengan wajahMu,’ lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan (membaca) أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ , Rasulullah berdo’a lagi,’Aku berlindung dengan wajahMu". [1]

Diriwayatkan oleh Abu Syaikh al Ashbahani dari Mujahid tentang tafsir ayat ini :

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ

Beliau mengatakan, yaitu halilintar, hujan batu dan angin topan. (أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ ), gempa dan tanah longsor.

Jelaslah, gempa yang terjadi pada masa-masa ini di beberapa tempat termasuk ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan yang digunakan untuk menakut-nakuti para hambaNya. Semua yang terjadi di alam ini, (yakni) berupa gempa dan peristiwa lain yang menimbulkan bahaya bagi para hamba serta menimbulkan berbagai macam penderitaan, disebabkan oleh perbuatan syirik dan maksiat.

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
"Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)". [asy Syuura : 30].

Allah Azza wa Jalla berfirman :
"Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri". [an Nisaa` : 79].

Tentang umat-umat terdahulu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur (halilintar), dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri". [al Ankabut : 40].

Maka wajib bagi setiap kaum Muslimin yang mukallaf dan yang lainnya, agar bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla, konsisten di atas din (agama)nya, serta waspada terhadap semua yang dilarang, yaitu berupa perbuatan syirik dan maksiat. Sehingga, mereka selamat dari seluruh bahaya di dunia dan akhirat, serta Allah menolak semua adzab dari mereka, dan menganugerahkan kepada mereka segala jenis kebaikan.

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
"Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya". [al A’raaf : 96].

Allah Azza wa Jalla berfirman tentang Ahli Kitab :
"Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (al Qur`an) yang diturunkan kepada mereka dari Rabb-nya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka". [al Maidah : 66].

Allah Azza wa Jalla berfirman :
"Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi". [Al A’raaf : 97-99].

Al Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan : “Pada sebagian waktu, Allah Azza wa Jalla memberikan ijin kepada bumi untuk bernafas, lalu terjadilah gempa yang dahsyat. Dari peristiwa itu, lalu timbul rasa takut pada diri hamba-hamba Allah Azza wa Jalla, rasa taubat dan berhenti dari perbuatan maksiat, tunduk kepada Allah Azza wa Jalla dan penyesalan. Sebagaimana perkataan sebagian ulama Salaf, pasca gempa,’Sesungguhnya Rabb kalian mencela kalian’. Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, pasca gempa di Madinah menyampaikan khutbah dan nasihat; beliau Radhiyallahu 'anhu mengatakan,’Jika terjadi gempa lagi, saya tidak akan mengijinkan kalian tinggal di Madinah’.” Selesai – perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah.

Atsar-atsar dari Salaf tentang hal ini sangat banyak. Maka saat terjadi gempa atau peristiwa lain, seperti gerhana, angin ribut atau banjir, wajib segera bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla, merendahkan diri kepadaNya dan memohon ‘afiyah kepadaNya, memperbanyak dzikir dan istighfar.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika terjadi gerhana :

فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ

"Jika kalian melihat hal itu, maka segeralah berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, berdo’a dan beristighfar kepadaNya".[2]

Disunnahkan juga menyayangi fakir miskin dan bershadaqah kepada mereka.

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

ارْحَمُوا تُرْحَمُوا

"Kasihanilah, niscaya kalian akan dikasihani" [3].

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

"Orang yang menebar kasih-sayang akan disayang oleh Dzat Yang Maha Penyayang. Kasihanilah yang di muka bumi, kalian pasti akan dikasihani oleh yang di langit".[4]

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ

"Orang yang tidak memiliki kasih-sayang, pasti tidak akan disayang". [5].

Diriwayatkan dari ‘Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullah, bahwa saat terjadi gempa, dia menulis surat kepada pemerintah daerah agar bershadaqah.
Diantara faktor terselamatkan dari segala keburukan, yaitu pemerintah segera memegang kendali rakyat dan mengharuskan agar konsisten dengan al haq, menerapkan hukum Allah Azza wa Jalla di tengah-tengah mereka, memerintahkan kepada yang ma’ruf serta mencegah kemungkaran.

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". [at Taubah:71].

Allah berfirman :
"Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan". [al Hajj : 40-41].

Allah Azza wa Jalla berfirman :
"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". [ath Thalaaq : 2-3].

Ayat-ayat tentang hal ini sangat banyak.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ

"Barangsiapa menolong saudaranya, maka Allah Azza wa Jalla akan menolongnya" [6]. [Muttafaq ‘alaih].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

"Barangsiapa yang membebaskan satu kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah Azza wa Jalla akan melepaskannya dari satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan akhirat. Barangsiapa memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah Azza wa Jalla akan memudahkan dia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah k akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah Azza wa Jalla akan selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya [7]. [Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya].

Hadits-hadits yang semakna ini banyak.

Hanya kepada Allah kita memohon agar memperbaiki kondisi kaum Muslimin, memberikan pemahaman agama dan menganugerahkan kekuatan untuk istiqamah, segera bertaubat kepada Allah k dari semua perbuatan dosa. Semoga Allah memperbaiki kondisi para penguasa kaum Muslimin; semoga Allah menolong al haq melalui mereka serta menghinakan kebathilan, membimbing mereka untuk menerapkan syari’at Allah Azza wa Jalla atas para hamba. Dan semoga Allah melindungi mereka dan seluruh kaum Muslimin dari fitnah dan jebakan setan yang menyesatkan.

Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa untuk hal itu.

وصلى الله على نبينا محمد و آله و صحبه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
________
Footnote
[1]. Dikeluarkan Imam al Bukhari dalam kitab Tafsir Al Qur`anil ‘Azhim, no. 4262, dan diriwayatkan Imam Tirmidzi, no. 2991.
[2]. Diriwayatkan Imam Bukhari di dalam al Jum’ah, no. 999 dan Imam Muslim dalam al Kusuf, no. 1518.
[3]. Diriwayatkan Imam Ahmad, no. 6255.
[4]. Diriwayatkan Imam Tirmidzi di dalam al Birr wash Shilah, no. 1847.
[5]. Diriwayatkan Imam Bukhari di dalam al Adab, no. 5538, dan Imam Tirmidzi di dalam al Birr wash Shilah, no. 1834.
[6]. Diriwayatkan Imam al Bukhari dalam al Mazhalim wal Ghasab, no. 2262 dan Muslim dalam al Birr wash Shilah wal Adab, no. 4677.
[7]. Diriwayatkan Imam Muslim, no. 4867 dan Imam Tirmidzi dalam al Birr wash Shilah, no. 1853.

MUSIBAH

Mengapa Musibah Terus Mendera?
Kamis, 28 Oktober 2010 21:11:06 WIB

MENGAPA MUSIBAH TERUS MENDERA?


Oleh
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi



Pembaca budiman,
Alhamdulillah, kaum muslimin di negeri kita kembali mendapatkan muhibah Masyayikh Yordania, yaitu Fadhilatusy-Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al-Halabi al-Atsari Hafizhahullah dan Fadhilatusy-Syaikh Salim bin Id al-Hailali Hafizhahullah.

Beliau berdua telah menyampaikan muhadharah dengan tema sebab-sebab turunnya musibah dan adzab,serta jalan keluarnya, dilangsungkan di Masjid Istiqlal, Jakarta, hari Sabtu 22 Muharram 1428H/10 Februari 2007M. Tema ini sengaja diangkat, untuk mengingatkan segenap kaum Muslimin, agar berintrospeksi diri, bahwa banyaknya musibah, tidak lain karena kebodohan terhadap din (agama) dan tidak mengetahui syari'at Rabbul 'Alamin. Sehingga untuk itu solusinya, tidak lain kecuali dengan ilmu dan selalu ber-ittiba kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Berikut ini adalah ceramah Fadhilatusy-Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al-Halabi al-Atsari Hafizhahullah:

Sesungguhnya kami memuji Allah Tabaraka wa Ta'ala atas apa yang telah Dia siapkan, berupa kesempatan yang baik ini. Yaitu, kami berkumpul di dalam kesempatan ini dengan ikhwan kami seagama dan dalam satu manhaj (jalan); mengikuti Kitabullah, dan Sunnah Rasulullah, serta pemahaman para Salaf yang shalih. Walaupun kita berada dalam batas geografi yang berbeda, dan tempat yang saling berjauhan, namun kemuliaan manhaj ini, kesempurnaan dan kebaikannya, tidaklah memecah-belah antar kita. Maka, jadilah pertemuan ini dalam bagian sejumlah perjumpaan yang telah mengumpulkan kami bersama saudara-saudara kami di negara ini, sejak beberapa tahun yang lalu, lewat ceramah-ceramah dan kajian-kajian ilmiah bersama. Kami bersyukur kepada Allah Rabbil 'Alamin atas nikmat ini. Betapa berharganya kenikmatan ini.

Rasa terima kasih juga kami haturkan kepada orang-orang yang memiliki jasa (andil) yang diberkahi dalam mengatur dan menyiapkan pertemuan-pertemuan ini. Khususnya, saudara-saudara (panitia) atau Ta'mir Masjid Istiqlal yang telah memberikan kesempatan ini. Dan ini termasuk dalam bingkai saling menolong yang terpuji secara syar'i. Allah Ta'ala berfirman :

“Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa” [Al- Maidah : 2]

Maka kami ucapkan kepada mereka terima kasih yang banyak. Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Orang yang tidak bisa berterima kasih kepada manusia, dia tidak akan bisa bersyukur kepada Allah” [1]

Karena itu, ungkapan syukur kita kepada orang yang berhak menerimanya [2], merupakan bentuk syukur kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman:

“Artinya : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu” [Ibrahim : 7].

Selanjutnya, syukur kita kepada Rabb kita, akan menambah nikmat Rabb kita kepada kita, dan memperbanyak karunia-Nya kepada kita. Allah Ta’ala berfirman :

“Artinya : Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” [An-Nahl : 53]

Dan sebagaimana firman-Nya:

“Artinya : Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya” [An-Nahl :18]

Jauhnya jarak kita dari sikap syukur kepada Rabb, menjadi ukuran sejauh mana keburukan, celaka dan kesesatan serta perbuatan jelek yang melanda umat, sehingga Allah menimpakan adzab-adzab-Nya. Sebuah siksaan yang hampir-hampir tidak akan hilang, kecuali dengan kembali sepenuhnya kepada agama Allah, mensyukuri nikmat-Nya kembali, dan memperbaharui kepada keteguhan di atas perintah Allah Azza wa Jalla.

Karena, syukur nikmat merupakan sebab turunnya rahmat Allah, dan jalan menuju keridhaan-Nya. Sebaliknya, mengingkari nikmat menjadi faktor pencetus datangnya siksa dan merupakan jalan menuju kemurkaan-Nya. Selanjutnya, siksaan dan kemurkaan-Nya ini pasti akan menyebabkan umat menjadi lemah, terbelakang, dan terpuruk.

Orang yang melihat sembari merenung, dan orang yang memperhatikan sambil berpikir, akan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa kondisi umat ini, umat Islam, pada zaman ini, berada dalam kehinaan dan tidak lurus. Umat Islam berada atau hampir berada di bagian belakang kafilah, setelah dahulunya mereka menjadi pengendali dan terdepan [3]. Padahal, umat Islam adalah umat yang memiliki harta kekayaan, sumber daya manusia, fasilitas-fasilitas, kuantitas yang banyak, dan potensi-potensi.

Akan tetapi, kemunduran masih terus terjadi, menjadi umat yang paling rendah, terlemah dan terburuk. Mereka dikuasai (musuh), seolah-olah pedang berada di atas leher (mereka). Apakah sebabnya? Apakah penyakitnya? Dan apakah obat penyembuhnya?

Tidak mungkin yang menjadi penyakitnya adalah karena sedikitnya harta, atau kekurangan sumber daya manusia, maupun sedikitnya sumber penghasilan. Karena, semua ini melimpah. Jadi, apakah sebenarnya penyakit umat ini? Adakah jalan untuk mengetahui obatnya, hingga bisa dimanfaatkan, dan digunakan, selanjutnya kita pun bisa keluar dari keadaan-keadaan yang berat dan susah ini, keadaan yang buruk, yang sedang menyelimuti umat ini dan hampir-hampir tidak bisa lepas darinya, kecuali dengan curahan taufik Allah Azza wa Jalla bagi umat ini.

Wahai saudara-saudara seagama,
Kenyataannya memang pahit. Sesungguhnya, ada beberapa sebab dan bermacam-macam penyakit, hal itulah yang menjerumuskan umat ke dalam musibah-musibah, bencana-bencana dan ujian-ujian ini. Umat tidak akan dapat keluar dan melepaskan diri dari semua musibah ini, kecuali dengan taufik Allah Azza wa Jalla , dengan tambahan karunia dan kenikmatan dari-Nya.

Permasalahan besar seperti ini tidak mungkin diselesaikan secara parsial, hanya melalui seminar-seminar, ceramah, kajian, dengan satu atau beberapa kalimat. Semua ini kami sampaikan, untuk tujuan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, dalam rangka mengajak untuk berpegang teguh dengan tali Allah, dalam upaya menjalin ta'awun (saling menolong) di atas kebajikan dan takwa. Maka, kami ingin mengatakan sebagai peringatan, sesungguhnya sebab-sebab yang telah menjerumuskan umat ini ke dalam belitan bencana dan ujian ini banyak, bahkan sangat beragam. Akan tetapi, secara global bermuara pada dua bahaya besar yang telah menimpa agama umat ini. Padahal, agama merupakan sebab kelestarian umat ini, petunjuk bagi umat dalam menangani urusan mereka. Bila penyebab ini tiada, maka pengaruhnya pun sirna.

Saya hanya ingin menyebutkan dua penyakit saja, yang pertama adalah penyakit kebodohan, tidak mengerti din (agama); dan tidak mengetahui syari'at Rabbul 'Alamin. Saya akan menyebutkan sebagian dalil-dalil tentang hal ini, insya Allah.

Dalam Shahihain (dua kitab Shahih), Shahih Imam Bukhari dan Shahih Imam Muslim, dari sahabat yang agung, ‘Abdullah bin 'Amr bin al 'Ash, dia mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu (dari manusia) secara langsung, tetapi Dia mencabut ilmu dengan mematikan ulama. Sehingga ketika tidak tersisa seorang 'alimpun, orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, lalu orang-orang bertanya kepada mereka, lalu mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan” [4]

Mereka (para pemimpin yang bodoh itu) menjadi orang-orang yang sesat atas ulah mereka ini. Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan mereka juga menjadi orang-orang menyesatkan. Jadi, petunjuk hadits ini begitu jelas, maknanya sangat gamblang, bahwa kedangkalan ilmu (agama) dan berkurangnya jumlah ulama (yang baik) termasuk penyakit terbesar dan penyakit terparah yang menimpa umat di halaman rumahnya sendiri, dan menimpa penduduknya, terutama cengkeraman musuh (atas diri kita).

Wahai saudara-saudaraku.
Sungguh, mengetahui penyakit ini akan membuat kita berhasil mengetahui inti dari permasalahan ini, sehingga kita akan memahaminya berdasarkan ilmu, agama, dan realita, untuk mengetahui penyakit dan obatnya; daripada mengkaji satu masalah yang tidak benar atau mengungkap sesuatu yang tidak sesuai fakta. Jika demikian, justru penyakit itu akan semakin parah, dan pemberian obatnya pun keliru. Dampaknya, umat tidak akan merasakan manfaatnya, bahkan musibah dan ujian akan semakin meningkat.

Ilmu syar'i (agama) yang sarat kebijaksanaan ini bukanlah ibarat hiburan, dan bukan pula perkara yang hukumnya sekedar mustahab (dianjurkan) saja. Akan tetapi hukumnya adalah fardhu 'ain (kewajiban individu) atas setiap muslim, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Artinya : Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim”.

Dan tidak diragukan lagi, bahwa kata muslim (dalam hadits ini, Red.) mencakup laki-laki dan wanita. Oleh karena itu, ilmu syar'i merupakan tonggak umat, memiliki peran serta dan penjaga eksistensinya. Allah Ta'ala berfirman:

“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”[Ar-Ra'd :11]

Sungguh, Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum, yang sebelumnya memiliki kemuliaan, ketahanan, kekuatan, dan memiliki peran, serta keteguhan, menjadi kaum yang lemah, penuh kekurangan, tercabik-cabik dan terpuruk, sampai mereka sendiri mau merubah keadaan yang ada pada diri mereka, yang berupa gejala-gejala buruk dalam menyikapi agama. Yang terburuk adalah kebodohan (terhadap agama), dan yang paling parah yaitu kedangkalan ilmu, sampai mereka kembali kepada masa lalunya yang mulia dan reputasinya terdahulu.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengisyaratkan kejadian ini, mengisyaratkan kepada kenyataan, yang tidak ada seorang pun yang menolaknya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Sesungguhnya menjelang hari Kiamat terdapat tahun-tahun yang menipu, orang yang berkhianat diberi amanat, orang yang terpercaya dianggap khianat, orang yang berdusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, dan ruwaibidhah akan berbicara,” para sahabat bertanya,"Apakah ruwaibidhah, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,"Seorang yang hina dan bodoh berbicara tentang urusan orang banyak".[5]

Seorang yang tafih/safih (hina, bodoh) ini, tanda dan sifat pertamanya adalah bodoh, tidak memiliki ilmu dan tidak memiliki pemahaman. Maka, marilah kita renungkan keadaan tabib (dokter) ini, dia mengobati orang lain, padahal dia sendiri sakit. Nabi n bersabda tentang tabib yang mengobati badan :

Barangsiapa mengobati, sedangkan dia (sebelumnya) tidak dikenal (dengan) keahlian dalam pengobatan, maka dia menanggung.[6].

(Jika ini berkaitan dengan masalah pengobatan jasmani, Red.), maka bagaimana dengan terapi pengobatan (yang berhubungan dengan masalah-masalah) agama? Bagaimana mereka ini (berani) mengeluarkan fatwa kepada umat, berupa fatwa-fatwa yang menenggelamkan umat dalam kelalaian dan menambah keterpurukannya, serta menghalangi dari sebab kebangkitannya?

Semua ini dilakukan atas nama ilmu, padahal demi Allah, itu merupakan kebodohan. Semua itu dengan disampaikan atas nama agama, padahal demi Allah, itu merupakan kelalaian. Semua itu dikatakan atas nama petunjuk, padahal demi Allah, itu merupakan kesesatan. Adakah setelah kebenaran selain kesesatan saja?

Dahulu, ketika para ulama membimbing dan memimpin, umat berada di atas kebaikan, umat berada di depan dan menjadi maju. Namun, ketika para ulama itu mengalami kemunduran, umat pun terpengaruh. Tatkala Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah memimpin, dan tatkala ilmi berada di puncak pimpinan, keadaan itu menyebabkan kemajuan duniawi.

Setiap orang mengetahui bahwa jihad Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah tidak hanya melalui penyebaran ilmu saja, dengan membantah ahli bid'ah dan ahli ahwa' (orang-orang yang melakukan bid'ah dan mengikuti hawa-nafsu), menyanggah orang-orang yang menyimpang dan orang-orang yang rusak keyakinannya. Akan tetapi, jihad beliau itu sangat kompleks dan luas. Beliau berjihad dengan pedang dan tombak, sebagaimana beliau berjihad dengan pena dan penjelasan. Inilah Syaikhul Islam, yang memimpin tentara, lasykar-lasykar Islam dan di front depan dalam pertempuran Syaqhab (ÔóÞúÍóÈõ) di Damaskus pada abad ke-8. Beliau rahimahullah memerangi musuh-musuh Allah, yaitu bangsa Tartar dan para pembela mereka yang hendak menyerang umat Islam di daerahnya sendiri. Beliau menghadang mereka dengan kuat, dengan sikap yang agung, yang besar, dan indah. Sejarah selalu menyebutnya dan mempersaksikannya, karena beliau rahimahullah memandang ilmu dengan setinggi-tingginya. Beliau bernaung di bawah bendera sulthan, dalam ketaatan kepada Allah, dan dalam perkara yang ma'ruf (baik). Bukan bertolak dari sekedar semangat yang kosong dan perasaan yang membinasakan, sebagaimana dilakukan oleh banyak orang yang mengaku ingin berjihad tanpa ilmu belakangan ini. Mereka ini tidaklah menegakkan ilmu dengan sebenarnya, tidak mengerti kedudukan ilmu dengan bentuk sebenarnya. Akibatnya, mereka sesat dan menyesatkan, walaupun dengan menamakan agama, walaupun dengan nama jihad, walaupun dengan nama syari'at; mereka ibarat jauh panggang dari api.

Sekarang telah datang Tartar yang baru (yakni orang-orang kafir Barat, Red.). Dewasa ini, mereka menyerang umat di halaman rumahnya sendiri. Mereka menyerang wawasan umat, sejarahnya, dan kemuliannya, serta menerjang negara-negara kaum Muslimin. Akan tetapi, umat ini -sangat disayangkan- belum bisa melahirkan Ibnu Taimiyah yang lain, tidak mampu memunculkan seorang ulama yang agung, yang disegani lagi cerdas, yang menempatkan hak kepada pemiliknya, dan mengagungkan kedudukan syari'at. Karenanya, umat terus-menerus tidak beranjak dari tempatnya, yaitu kelemahan dan kemundurannya, sampai Allah mengizinkan datangnya (kemuliaan) yang baru melalui sikap kembali secara kuat menuju manhaj Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Tidak ada jalan ke arah sana kecuali dengan ilmu, kecuali dengan ilmu, kecuali dengan ilmu. Dan, hal ini tidak akan terwujud, melainkan dengan taufik Allah Azza wa Jalla . Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Artinya : Jika kamu bertakwa kepada Allah, Dia akan memberikan furqan (pembeda antara al haq dengan kebatilan) kepadamu” [Al-Anfal : 29]
“Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya” [Ath-Thalaq : 4]

Oleh karena itu, ilmu merupakan batu pertama untuk melakukan ishlah (perbaikan), pada sebuah istana yang besar; yang pertama kali dimulai adalah dengan batu bata ini, agar ilmu agama ini menjadi asas yang menjadi landasan kebaikan manusia.

Akan tetapi, ilmu yang sedang kita bicarakan ini, dan selalu kita sampaikan, bagaimanakah ciri khasnya? Apakah tanda-tandanya? Apakah sebuah ilmu yang merujuk pikiran dan hawa nafsu belaka, berdasarkan persangkaan dan perkiraan semata, ataukah ilmu tersebut yang berasaskan al Kitab dan as-Sunnah?

Ilmu yang tegak di atas cahaya, petunjuk terbaik dan perilaku paling sempurna adalah ilmu yang telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda:


“Artinya : Aku telah tinggalkan pada kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnahku” [8]

Inilah ilmu yang dimaksud. Inilah cahaya-cahaya dan pengaruh-pengaruhnya. Dengan ilmu, kebodohan akan hilang. Seiring dengan sirnanya kebodohan, maka siang menjadi nampak, cahayanya bersinar, dan malam pun menghilang bersama dengan kegelapan dan kesuramannya.

Bukankah waktunya sudah dekat? Benar, demi Allah. Akan tetapi, hal ini menuntut adanya kebangkitan ilmiyah, jiwa perintis yang kuat, tidak berhenti dan tidak lemah dari diri kita. Membutuhkan kebangkitan ilmu yang tegak di atas Kitab Allah dan Sunnah Nabi.

Saudara-saudaraku seagama., demikianlah penyakit pertama, yaitu kebodohan. Sedangkan obatnya adalah ilmu.

Adapun penyakit kedua yaitu penyakit bid'ah, dan obatnya adalah Sunnah, penawarnya adalah ittiba` (mengikuti) Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman tentang beliau:

“Artinya : Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk” [An-Nur : 54]

Jadi, umat ini akan bisa meraih hidayah dengan ilmu yang berasaskan Sunnah, sehingga semua bid'ah bisa dijauhi dengan segala kotorannya, kesesatannya, dan kegelapannya. Inilah yang akan dibicarakan oleh yang mulia Syaikh Salim al Hilali pada pembahasan berikutnya.

Semoga shalawat, salam dan berkah dilimpahkan kepada Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keluarga beliau dan para sahabat beliau semuanya. Akhir perkataan kami adalah alhamdulillah Rabbil-'Alamin.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XI/1428H/2007. Disunting dari muhadharah di Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu, 22 Muharram 1428H/10 Februari 2007M, Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari]
__________
Footnotes
[1]. Hadist ini kami dapati dengan lafazh : “Barangsiapa tidak mensyukuri manusia, dia tidak mensyukuri Allah”. [HR Ahmad, Ibnu Abi Ashim, dan Ibnu Baththah, dari sahabat An-Nu’man bin Basyir. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah no. 6677]
[2]. Yaitu kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita
[3]. Kafilah berasal dari bahasa Arab “Qafilah”, yaitu rombongan banyak orang yang bergerak pulang dari safar atau memulai safar. Rombongan ini membawa binatang tunggangannya, barang-barangnya dan perbekalannya. Maksudnya, bahwa kaum muslimin dahulu menjadi pemimpin bangsa-bangsa, namun sekarang terbelakang.
[4]. Hadits ini disampaikan oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Asari –hafizhahullah- secara makna. Adapun sebagian lafazhnya yang termaktub dalam Shahih Al-Bukhari : “ Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hamba secara langsung, tetapi dia mencabut ilmu dengan meafatkan ulama. Sehingga ketika Allah pun tidak menyisakan seorang alim pun, lalu mereka itu ditanya, lantas berfatwa tanpa ilmu. Akibatnya, mereka sesat dan menyesatkan” [HR Bukhari, no. 100]
[5]. ]. Hadits ini disampaikan oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Asari –hafizhahullah- secara makna. Adapun lafazh hadits yang kami dapati adalah, salah satunya : “ Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang menipu, orang yang berdusta dibenarkan, orang yang benar di dustakan, orang yang berkhianat diberi amanat, orang yang amanat dianggap khianat, dan Ruwaibidhah akan berbicara pada masa itu’. Beliau ditanya : ‘Apakah Ruwaibidhah?’ Beliau menjawab, ‘Seorang yang hina lagi bodoh (berbicara tentang) urusan orang banyak” [HR Ibnu Majah, no. 4036 dari Abu Hurairah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]
[6]. Yakni, menanggung jika ada kebinasaan atau semacamnya. HR Abu Dawud no. 4586, An-Nasai no. 4830, Ibnu Majah no. 3466. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani.
[7]. Syaqhab adalah nama desa kecil di dekat Damaskus, di perbatasan Hauran. Jaraknya dengan Damaskus adalah 37km. Dinukil dari Muqif Ibni Taimiyyah minal Asy’irah, hal.164
[8]. Hadits shahih lighairihi dengan penguatnya. Riwayat Malik 2/899, no. 1661 dengan lafzh : “Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya : Kitab Allah dan Sunnah NabiNya. Silahkan lihat At-Ta’zhim wal Minnah di Intisharis Sunnah, hal. 13-14, karya Syaikh Salim Al-Hilali.

MENGENAL ISLAM

TIGA LANDASAN UTAMA

Oleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
Bagian Ketiga dari Empat Tulisan [3/4]

MENGENAL ISLAM

Islam, ialah berserah diri kpd Allah dgn tauhid dan tunduk kpd-Nya dgn penuh kepatuhan akan segala perintah-Nya serta menyelamatkan diri dari peruntukan syirik dan orang-orang yg beruntuk syirik.

Dan agama Islam, dalam pengertian tersebut, mempunyai tiga tingkatan, yaitu : Islam, Iman dan Ihsan, masing-masing tingkatan mempunyai rukun-rukunnya.

I. Tingkatan Islam

Adapun tingkatan Islam, rukun ada lima :

[1] Syahadat (pengakuan dgn hati dan lisan) bahwa “Laa Ilaaha Ilallaah” (Tiada sesembahan yg haq selain Allah) dan Muhammad ialah Rasulullah.
[2] Mendirikan shalat.
[3] Mengeluarkan zakat.
[4] Shiyam pada bulan Ramadhan.
[5] Haji ke Baitullah Al-Haram.

[1]. Dalil Syahadat.

Firman Allah Ta’ala.
“Arti : Allah menyatakan bahwa tiada sesembahan (yg haq) selain Dia, dgn senantiasa menegakkan keadilan (Juga menyatakan demikian itu) para malaikat dan orang-orang yg berilmu. Tiada sesembahan (yg haq) selain Dia. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. [Al-Imraan : 18]

“Laa Ilaaha Ilallaah”‘ arti : Tiada sesembahan yg haq selain Allah.

Syahadat ini mengandung dua unsur : menolak dan menetapkan. “Laa Ilaaha”, ialah menolak segala sembahan selain Allah. “Illallaah” ialah menetapkan bahwa penyembahan itu ha untuk Allah semata-mata, tiada sesuatu apapun yg boleh dijadikan sekutu didalam penyembahan kpd-Nya, sebagaimana tiada sesuatu apapun yg boleh dijadikan sekutu di dalam kekuasaan-Nya.

Tafsiran syahadat tersebut diperjelas oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Arti : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kpd bapak dan kpd kaum : ‘Sesungguh aku menyatakan lepas dari segala yg kamu sembah, kecuali Tuhan yg telah menciptakan-ku, krn sesungguh Dia akan menunjuki’. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yg kekal pada keturunan supaya mereka senantiasa kembali (kpd tauhid)”. [Az-Zukhruf : 26-28]

“Arti : Katakanlah (Muhammad) : ‘Hai ahli kitab ! Marilah kamu kpd suatu kalimat yg tdk ada perselisihan antara kami dan kamu, yaitu ; hendaklah kita tdk menyembah selain Allah dan tdk mempersekutukan sesuatu apapun dgn-Nya serta janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yg lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kpd mereka :’Saksikanlah, bahwa kami ialah orang-orang yg muslim (menyerahkan diri kpd Allah)”. [Ali ‘Imran : 64]

Adapun dalil syahadat bahwa Muhammad ialah Rasulullah.

Firman Allah Ta’ala.

“Arti : Sungguh, telah datang kpdmu seorang rasul dari kalangan kamu sendiri, terasa berat oleh penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) untukmu, amat belas kasihan lagi penyayg kpd orang-orang yg beriman”. [At-Taubah : 128]

Syahadat bahwa Muhammad ialah Rasulullah, berarti : mentaati apa yg diperintahkannya, membenarkan apa yg diberitakannya, menjauhi apa yg dilarang serta dicegahnya, dan menyembah Allah ha dgn cara yg disyariatkannya.

[2]. Dalil Shalat dan Zakat serta tafsiran Tauhid.

Firman Allah Ta’ala.
“Arti : Padahal mereka tdklah diperintahkan kecuali supaya beribadah kpd Allah, dgn memurnikan ketaatan kpd-Nya lagi bersikap lurus, dan supaya mereka mendirikan Shalat serta mengeluarkan Zakat. Demikian itulah tuntunan agama yg lurus”. [Al-Bayyinah : 5]

[3]. Dalil Shiyam

Firman Allah Ta’ala.
“Arti : Wahai orang-orang yg beriman ! Diwajibkan kpd kamu untuk melakukan shiyam, sebagaimana telah diwajibkan kpd orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. [Al-Baqarah : 183]

[4]. Dalil Haji.

Firman Allah Ta’ala.
“Arti : Dan ha untuk Allah, wajib bagi manusia melakukan haji, yaitu (bagi) orang yg mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dan barangsiapa yg mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguh Allah Maha tdk memerlukan semsesta alam”. [Al ‘Imran : 97)]

II. Tingkatan Iman.

Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yg paling tinggi ialah syahadat “Laa Ilaaha Ilallaah”, sedang cabang yg paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu ialah salah satu dari cabang Iman.

Rukun Iman ada enam, yaitu :

[1] Iman kpd Allah.
[2] Iman kpd para Malaikat-Nya.
[3] Iman kpd Kitab-kitab-Nya.
[4] Iman kpd para Rasul-Nya.
[5] Iman kpd hari Akhirat, dan
[6] Iman kpd Qadar, yg baik dan yg buruk. (Qadar : takdir, ketentuan Ilahi. Yaitu : Iman bahwa segala sesuatu yg terjadi di dalam semesta ini ialah diketahui, dikehendaki dan dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala).
Dalil keenam rukun ini, firman Allah Ta’ala.

“Arti : Berbakti (dari Iman) itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu (dalam shalat) ke arah Timur dan Barat, tetapi berbakti (dan Iman) yg sebenar ialah iman seseorang kpd Allah, hari Akhirat, para Malaikat, Kitab-kitab dan Nabi-nabi…” [Al-Baqarah : 177]

Dan firman Allah Ta’ala.

“Arti : Sesungguh segala sesuatu telah Kami ciptakan sesuai dgn qadar”. [Al-Qomar : 49]

III. Tingkatan Ihsan.

Ihsan, rukun ha satu, yaitu :

“Arti : Beribadah kpd Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tdk melihat-Nya, maka sesungguh Dia melihatmu”. [Pengertian Ihsan tersebut ialah penggalan dari hadits Jibril, yg dituturkan oleh Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu, sebagaimana akan disebutkan]

Dalilnya, firman Allah Ta’ala.

“Arti : Sesungguh Allah bersama orang-orang yg bertakwa dan orang-orang yg beruntuk ihsan”. [An-Nahl : 128]

Dan firman Allah Ta’ala.

“Arti : Dan bertakwallah kpd (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayg. Yang melihatmu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yg sujud. Sesunnguh Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [Asy-Syu’araa : 217-220]

Serta firman-Nya.

“Arti : Dalam keadaan apapun kamu berada, dan (ayat) apapun dari Al-Qur’an yg kamu baca, serta pekerjaan apa saja yg kamu kerjakan, tdk lain kami ialah menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”. [Yunus : 61]

Adapun dalil dari Sunnah, ialah hadits Jibril[1] yg masyhur, yg diriwayatkan dari ‘Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu.

“Arti : Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul ke arah kami seorang laki-laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya, tdk tampak pada tubuh tanda-tanda sehabis dari bepergian jauh dan tiada seorangpun di antara kami yg mengenalnya. Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dgn menyandarkan kelutut pada kedua lutut beliau serta meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua paha beliau, dan berkata : ‘Ya Muhammad, beritahulah aku tentang Islam’, maka beliau menjawab :’Yaitu : bersyahadat bahwa tiada sesembahan yg haq selain Allah serta Muhammad ialah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, melakukan shiyam pada bulan Ramadhan dan melaksanakan haji ke Baitullah jika kamu mampu untuk mengadakan perjalanan ke sana’. Lelaki itu pun berkata : ‘Benarlah engkau’. Kata Umar :’Kami merasa heran kpdnya, ia berta kpd beliau, tetapi juga membenarkan beliau. Lalu ia berkata : ‘Beritahulah aku tenatng Iman’. Beliau menjawab :’Yaitu : Beriman kpd Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari Akhirat, serta beriman kpd Qadar yg baik dan yg buruk’. Ia pun berkata : ‘Benarlah engkau’. Kemudian ia berkata : ‘Beritahullah aku tentang Ihsan’. Beliau menjawab : Yaitu : Beribadah kpd Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tdk melihat-Nya, maka sesungguh Dia melihatmu’. Ia berkata lagi. Beritahulah aku tentang hari Kiamat. Beliau menjawab : ‘Orang yg dita tentang hal tersebut tdk lebih tahu dari pada orang yg bertanya’. AKhir ia berkata :’Beritahulah aku sebagian dari tanda-tanda Kiamat itu’. Beliau menjawab : Yaitu : ‘Apabila ada hamba sahaya wanita melahirkan tuan dan apabila kamu melihat orang-orang tak beralas kaki, tak berpakaian sempurna melarat lagi, pengembala domba saling membangga-banggakan diri dalam membangun bangunan yg tinggi’. Kata Umar : Lalu pergilah orang laki-laki itu, semantara kami berdiam diri saja dalam waktu yg lama, sehingga Nabi berta : Hai Umar, tahukah kamu siapakah orang yg berta itu ? Aku menjawab : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau pun bersabda : ‘Dia ialah Jibril, telah datang kpd kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian”. [2]

[Disalin dari buku Tiga Landasan Utama, Oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hal 18-26, Kementrian Urusan Islam, Waqaf, Da’wah dan Penyuluhan Urusan Penerbitan dan Penyebarab Kerajaan Arab Saudi]
________
Fote Note.
[1] Disebut hadits jibril, krn jibril-lah yg datang kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dgn menanyakan kpd beliau tentang, Islam, Iman dan masalah hari Kiamat. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan pelajaran kpd kaum muslimin tentang masalah-masaalah agama.
[2]. [Hadits Riwayat Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Iman, bab 1, hadits ke 1. Dan diriwayatkan juga hadits dgn lafadz seperti ini dari Abu Hurairah oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al-Iman, bab 37, hadits ke 1.

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=460&bagian=0

Kamis, 28 Oktober 2010

Tiang-Tiang di Raudhoh Masjid Nabawy

Tiang - Tiang Raudhah
Raudah memiliki 5 tiang penyangga dengan nama yang berbeda ;

Tiang Siti Aisyah disebut dengan Usthuwaanah Aisyah terletak ditengah Raudah, tiang ketiga dari mimbar dan dinding makam Rasulullah.

Tiang Taubah. Disebut dengan Usthuwah At Taubah, terletak antara tiang Aisyah dan tiang As Sarir (dinding makam Rasulullah) dan dikenal dengan nama Tiang Abu Lubabah.

Tiang As Sarir, kata as-sarir artinya ‘tempat tidur’ terletak sebelah Timur tiang Taubah, menempel dengan dinding makam Rasul.

Tiang Al Haras, tiang ini menempel pada dinding makam Rasulullah, sebelah utara dari tiang As Sarir, sejarah tiang ini sebagai pos keamanan bagi Rasulullah dan keluarganya. Surat Al Maidah ayat 67 menyatakan, “Allah memelihara engkau dari gangguan manusia”.

Tiang Al Wufud adalah tiang paling utara dari tiang As Sarir dan tiang Al Haras, tempat tiang ini berdiri dahulu untuk tempat Rasulullah SAW menerima tamu-tamu penting.

Senin, 25 Oktober 2010

URUTAN PELAKSANAAN IBADAH HAJI

Pelaksanaan Ibadah Haji Tamattu
Pada materi Proses Perjalanan Ibadah haji telah kami bahas pelaksanaan ibadah haji secara keseluruhan. KAli ini ikita akan menguraikan secara lebih detil pelaksanaan ibadah haji dengan cara Tamattu'. Di materi manasik haji telah dibahas pula tentang macam-macam haji untuk sekedar mengingatnya kembali bahwa pelaksanaan ibadah haji ada tiga cara yaitu: Haji Tamattu', Haji Ifrad dan Haji Qiran. Nah kali ini akan dibahas dahulu Haji Tamatt' dan
Haji Tamattu'
Haji Tamattu' ialah mengerjakan umrah lebih dahulu, baru kemudian mengerjakan haji. Cara ini wajib membayar Dam Nusuk. Pelaksanaan ibadah haji dengan cara tamattu' ini disunnahkan bagi jamaah haji yang datang ke Makkah tidak membawa hewan ternak/ hadyu. Cara tamattu' ini juga banyak dilaksanakan oleh jamaah haji Indonesia.
1. Pelaksanaan umrah
Pelaksanaan ihram umrah untuk jamaah haji gelombang I, miqot umrahnya di Bir Ali/ Dzulhulaifah di Madinah. Sedangkan bagi jamaah haji gelombang II, miqot umrahnya bisa di atas pesawat saat melintasi Yalamlam. Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melaksanakan ihram umrah yaitu:
a. Bersuci yaitu mandi dan wudhu *
b. Berpakaian ihram
c. Sholat Sunah Ihram 2 rakaat
d. Niat umrah (lihat Niat Umrah)
(* bagi jamaah haji gelombang I, mandi dilakukan di Hotel sebelum berangkat ke Bir Ali. Sedangkan jamaah haji gelombang II, mandinya bisa dilakukan di Asrama Haji Embarkasi)
Ketika kita sudah meniatkan umrah maka detik itu pula larangan-larangan ihram berlaku bagi jamaah haji pelasanaan umrahnya selesai. Karena itu jagalah larangan ihram ini jangan sampai melanggarnya.
Setelah miqot umarah selesai maka jamaah haji akan diberangkatkan menuju Makkah. Selama dalam perjalanan perbanyaklah bertalbiyak dan berdzikir.
Sesampai di Makkah (berdoalah dengan Doa Masuk Makkah), jamaah haji akan mempersiapkan pelaksanaan thawaf. Jamaah haji bisa beristrahat dahulu sebelum melaksanaan thawaf agar rasa capeknya hilang dan badan jadi segar.
Sesampai di Masjidil Haram:
• Masuk Masjid dan berdoa dengan Doa Masuk Masjidil Haram
• Melihat Ka.bah dan berdoa dengan Doa Melihat Ka'bah
• Melaksanakan Thawaf Qudum (lihat masalah Thawaf) dan berdoa dengan Doa Thawaf
• Selesai Thawaf, laksanakan Sai dan berdoa dengan Doa Sa'i .
• Tahallul dengan mencukur rambut minimal 3 helai rambut dan berdoa Doa Mencukur Rambut
• Selesailah pelaksanaan ibadah umrah.
Setelah pelaksanaan ibadah umrahnya selesai maka baju ihramnya bisa dilepas. Jamaah haji akan menunggu beberapa hari sampai Tanggal 8 Dzulhijjah untuk pelaksanaan Ibadah Haji.
2. Pelaksanaan Ibadah Haji
Persiapan Berangkat ke Arofah untuk Wukuf Tanggal 8 Dzulhijjah
Membawa pakaian secukupnya untuk 4 hari selama di Mina, buku doa, sajadah, senter kecil, tikar lipat (perlak), obat-obatan dan peralatan mandi.
Pagi hari tanggal 8 Dzulhijjah sebelum berangkat ke Arofah:
1. Mandi Wajib
2. Berpakaian Ihram
3. Sholat Sunnah Ihram 2 rakaat
4. Niat Haji (lihat Niat Haji)
Menjelang siang hari jamaah haji akan diberangkatkan ke Arofah oleh Maktab dengan bis secara bergilir biasanya sesuai urutan hasil qur'ah Ketua Kloter dengan Maktab. Tiba di Arofah (berdoa dengan Doa masuk Arofah) secara bergelombang biasanya sampai malam hari. Jamaah haji sebaiknya banyak istirahat untuk persiapan wukuf esok hari.
Pagi hari tanggal 9 Dzulhijjah setelah makan pagi sebaiknya jamaah haji beristirahat (1-2 jam) mungkin semalam tidak bisa tidur agar tubuh segar dan tidak mengantuk selama wukuf.
Waktu wukuf mulai tergelincir matahari sampai terbenam matahari. Saat wukuf merupakan waktu mustajabah untuk berdoa jangan disia-siakan hanya dengan tidur. Kegiatan selama wukuf: Mendengarka Khubat Wukuf
Sholat Dhuhur Dijamak dan Qoshar
Berdzikir, Membaca Al Quran, Berdoa, Tafakur dan Taqarrub ke hadirat Allah SWT.
Sebaiknya tetap berada di kemah selama wukuf untuk menghindari sengatan matahari. Bila ke kamar mandi, carilah waktu-waktu senggang/ lengang agar tidak terlalu lama antri.
Jagalah larangan-larangan ihram jangan sampai Anda melanggarnya.
Sore hari setelah maghrib jamaah haji akan diberangkatkan menuju Muzdalifah untuk mabit disana. Pemberangkatan secara bergelombang sesuai urutan. Janganlah berebut dan ingatlah kita masih dalam kondisi ihram.
Di Muzdalifah
Sesampai di Muzdalifah (berdoa dengan Doa Ketika Sampai di Muzdalifah), jamaah haji akan ditempatkan dalam suatu area terbuka dimana area tersebut berpagar dan hanya diberi tanda dengan Nomor Maktab. Pintu masuk berbeda dengan pintu keluar. Sebaiknya Anda tidak perlu berjalan-jalan, bisa kesasar atau kesingsal ke maktab lain, akibatnya Anda akan diberangkatkan ke kemah di Mina yang berbeda dengan maktab Anda.
Selama mabit di Muzdalifah, jamaah haji bisa mencari kerikil untuk melontar jamrah Aqobah sebanyak 7-10 butir. Jika melontar jamrah sampai tanggal 13 Dzulhijjah maka jumlah kerikil yang dikumpulkan sebanyak 70 butir kerikil. Jamaah haji bisa mencari kerikil di sekitar toilet karena disana sudah disediakan kerikil dalam jumlah yang banyak.
Lewat tengah malam jamaah haji akan diberangkatkan lagi menuju ke kemah di Mina untuk melaksanakan melontar jamrah. Berhati-hatilah biasanya di pintu keluar, jamaah haji pada berebut naik bis bahkan tak jarang saling dorong dan salin caci maki, berbuat jidal (berbantah-bantahan) padahal masih dalam kondisi ihram.
Selama mabit perbanyaklah dzikir dan berdoa jika lelah Anda bisa istirahat/ tidur jika memungkinkan.
Di Mina Tanggal 10 Dzulhijjah
Sesampai di Mina (berdoa dengan Doa Sampai di Mina), masuklah ke kemah-kemah yang telah disediakan oleh Maktab. Beristirahatlah secukupnya untuk persiapan melontar jamrah Aqobah.
Bersegeralah melaksanakan melontar jamrah aqobah agar Anda bisa segera melaksanakan Tahallul Awal sehingga bisa terbebas dari larangan ihram. Sebaiknya Anda minta mutawwif untuk memandu jalan ke jamarat. Sebelum melontar jamrah sebaiknya carilah tempat untuk "janjian ketemu" jika ada yang tersesat atau terlepas dari rombongan. Laksanakan melontar jamarot secara berombongan disertai Pembimbing Anda agar Anda tidak tersesat. Di Mina banyak terjadi kasus orang yang tersesat karena arah jalannya satu jalur jika salah ambil jalan maka akan memutar yang jauh padahal ditempuh dengan jalan kaki.
Bila ingin melontar jamrah lihatlah situasi dan kondisi yang ada. Jika terlalu padat dan bersesakan sebaiknya tunda dulu melontar jamrahnya. Carilah waktu-waktu yang longgar. Ingat keselamatan jamaah haji adalah prioritas utama! Jangan cari afdhal tapi dengan mengorbankan diri sendiri.
Setelah melontar jamrah Aqobah carilah tempat yang sepi di pinggir jamarot untuk melaksanakan Tahallul Awal dengan mencukur rambut minimal 3 helai rambut. Setelah itu pulang kembali ke tempat kemah. Jika Anda telah melaksanakan Tahallul Awal maka pakaian ihram bisa dilepas dan bisa berpakaian biasa. Anda sudah terbebas dari larangan-larangan ihram kecuali hubungan suami istri. Berisirahatlah dengan cukup di kemah guna mempersiapkan diri untuk melontar jamrah Ula, Wustha dan aqobah pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Setelah selesai melaksanakan melontar jamrah baik mengambil nafar awal ataupun nafar tsani. jamaah haji akan pulang ke pondokan/ hotel di makkah.
Kembali ke Pondokan Di Makkah
Setelah pulang dari Mina, sebaiknya beristirahatlah dahulu untuk memulihkan tenaga. Jika kondisi badan sehat dan memungkinkan bersegeralah menyempuranakan Rukun Haji yaitu melaksanakan Thawaf Ifadhah dan Sa'i di Masjidil Haram (tanpa mencukur rambut lagi!)
Jika ada ibu-ibu usia subur yang haid atau jamaah yang sakit, tunda dahulu pelaksanaan thawaf ifadhahnya. Bila haidnya sudah selesai atau sakitnya sudah sembuh bersegeralah melaksanakan thawaf ifadhah dan sa'i. Jika telah melaksanakan thawaf ifadhah dan sa'i berarti jamaah haji telah terbebas dari seluruh larangan-larangan ihram termasuk melakukan hubungan suami istri bagi suami istri tentunya.
Selesailah ibadah haji kita. Tinggal menunggu pelaksanaan thawaf wada' sebelum ke Madinah bagi gelombang II dan pulang ke Tanah Air bagi gelombang I.

Senin, 18 Oktober 2010

Hati-hati : Awas Copet dan Penipu

Uang Jamaah Haji Rp10 Juta Raib Digondol Penipu
Rabu, 13 Oktober 2010 - 16:43 wib

MADINAH- Aksi pencurian terhadap jamaah haji Indonesia terjadi. Kali ini korban pencurian uang menimpa Dolla Tanjung, jamaah kloter satu Medan usai melaksanakan salat subuh di Masjid Nabawi.

Kejadian tersebut berawal ketika Dolla tersesat usai ingin kembali ke pemondokan di Wafadah Zahrah, Hotel yang hanya berjarak 500 meter dari Nabawi.

Saat itu Dolla bertanya kepada seseorang yang diduga asal Indonesia dan kebetulan melintas di sekitar Masjid Nabawi. Saat bertanya, Dolla langsung diantar naik ke dalam bus. "Bapak tahu alamat tempat ini," kata Dolla bertanya kepada si pelaku.

Orang Indonesia itu langsung merogoh tas Dolla dengan dalih mencari alamat. Namun di dalam tas tak ditemukan maksud dari pelaku. Kemudian si pelaku pun melihat di dalam kantong "doraemon" yang berisi uang.

"Coba dilihat dalam kantong, mungkin alamat lengkap bapak ada di dalam," cerita Dolla menirukan perkataan orang tersebut.

Entah kenapa, Dolla pun mengikuti arahan sang pelaku. Uangpun diserahkan kepada si pelaku. Tak tanggung-tanggung Rp10 juta plus 500 riyal lenyap dalam sekejap.

Dolla hanya diturunkan di tengah jalan. Beruntung Dolla diturunkan di dekat sektor V Madinah. Sambil menangis Dolla pun menceritakan semua kejadian yang menimpanya.

Atas kejadian tersebut Kadaker Madinah mengimbau kepada jamaah untuk lebih hati-hati lagi. Sebaiknya tidak membawa uang dalam jumlah besar ketika keluar hotel atau penginapan. "Sebaiknya simpan di deposit boks di hotel," pinta Subakin.(kem)

Selasa, 24 Agustus 2010

TEMPAT-TEMPAT ZIARAH DI MAKKAH DAN MADINAH

Ada banyak tempat-tempat ziarah di Tanah Suci baik di Makkah Al Mukarramah maupun Madinah Al Munawwarah. Ziarah ini sunnah jika Anda mendatanginya untuk melihat peninggalan sejarah perkembangan islam terutama di Zaman Rasulullah SAW guna meninggkatkan keimanan dan ketaqwaan kita, namun jika ziarah tersebut diikuti dengan perbuatan-perbuatan yang mendekati kesyirikan maka ziarah tersebut haram hukumnya. Oleh karena itu berhati-hatilah dengan ziarah-ziarah yang Anda lakukan selama di Tanah Suci. Ambillah hikmahnya tetapi jauhilah perbuatan syirik seperti mengkultuskan tempat-tempat tertentu dan berdoa di dalamnya untuk mendapatkan berkah dari tempat tersebut.memiliki pengertian berkunjung ke tempat-tempat suci atau bersejarah di sekitar Kota Makkah dan Madinah. Jika ziarah ini dilaksanakan guna menambah keimanan dan keyakinan akan kebenaran ajaran-ajaran islam maka ziarah tersebut hukumnya sunnah. Oleh karena itu ziarah tersebut haruslah dilandasi niatan yang benar jangan sampai kita melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengarahkan perbuatan tersebut kepada kemusyrikan seperti mengkultuskan tempat-tempat bersejarah tersebut serta berdoa untuk minta berkah, semuanya itu adalah perbuatan syirik, maka haramlah ziarah-ziarah tersebut. Waspadalah..!Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa hambanya selama tidak melakukan perbuatan syirik. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga mengajurkan untuk tidak melakukan ziarah kecuali tiga tempat yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha.
hadits ziarah

"Tidak ditekankan untuk berpergian kecuali pada tiga masjid yaitu: Masjidl Haram, Masjidku in (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha (di Palestina)." (HR. Bukhari dan Muslim).Tempat-tempat bersejarah di Kota Makkah.

1. Di sekitar Masjidil Haram

a. Maulid Nabi SAW

malidYang dimaksud denganMaulid Nabi SAW adalah tempat kelahiran Nabi SAW. Tempat tersebut sekarang dijadikan perpustakaan umum, letaknya disebelah Timur halaman Timur Masjidil Haram.

b. Masjid Kucing

Nama asli masjid ini adalah Masjid Abu Hurairah, letaknya sekitar 400 m sebelah timur laut Masjidil Haram. Masjid ini dulunya dipergunakan oleh salah seorang sahabat dan perawi hadits Abu Hurairah R.A untuk mengajarkan agama islam. Konon Abu Hurairah ini menyukai kucing makanya masjid ini oleh jamaah haji indonesia dikenal dengan nama Masjid Kucing. Wallahu a'lam.

C. Makam Ma'la

mala

Pemakaman Ma'la merupakan pemakaman tertua di Makkah. Disana terdapat makam Ummul Mukminin Siti Khadijah, istri pertama Nabi SAW

d. Masjin Jin

jinMasjid Jin di sebelah kiri makam Ma'la. Dinamakan demikian karena di sanalah Rasulullah SAW menulis surat surat ke Ibnu Mas'ud R.A ketika menerima rombongan jin yang ingin membaiat Nabi, yang sebelumnya mereka bertemu Nabi di Nakhlah dalam perjalanan pulang dari Thaif. Masjid ini disebut juga dengan nama "Masjid Al Haras".2. Di sekitar Kota Makkaha. Jabbal Nur dan Gua HiraJabbal Nur terletak sekitar 6 Km di sebelah utara Masjidil Haram. Di puncak gunung ini terdapat Gua Hira untuk mendakinya memerlukan waktu sekitar 1 jam. Di sinalah Rasulullah menerima wahyu yang pertama yaitu Surat Al Alaq ayat 1-5.

b. Jabbal Tsur

tsur

Jabbal Tsur terletak sekitar 6 Km sebelah selatan Masjidil Haram. Jabbal Tsur memiliki nilai sejarah yang cukup penting dalam sejarah islam. Ketika Rasulullah SAW berangkat hijrah ke Madinah, Beliau dikepung oleh kaum Quraisy, tetapi berhasil lolos dan bersama Abu Bakar RA, beliau bersembunyi di Gua Tsur ini dari kejaran kaum Quraisy. Konon ketika bersembunyi di dalam Gua, kaum Quraisy juga sampai di depan gua Tsur tersebut, namun atas pertolongan Allah, di pintu gua ada sarang laba-laba dan ada seekor burung yang lagi bertengger di sarangnya yang sedang mengerami telur. Kaum Quraisy menyangka tidak mungkin ada seseorang dalam gua karena sarang laba-labanya masih utuh dan tidak rusak sehingga selamatlah Rasulullah SAW dan Abu Bakar dari kejaran Kaum Quraisy.

c. Jabal Rahmahrahmah

Di Padang Arofah terdapat sebah bukit yang bernama Jabal Rahmah, di atas bukit ini terdapat sebuah tugu. Menurut riwayat sewaktu Nabi Adam AS dan Siti Hawa di turunkan oleh Allah dari surga, keduanya terpisah lebih dari 100 tahun lamanya dan pada akhirnya mereka bertemu kembali di Jabal Rahmah ini.

2. Tempat-tempat ziarah di Madinah

a. Masjid NabawinabawiShalat di dalam Masjid Nabawi ini memiliki nilai yang sangat tinggi sebagai mana sabda Nabi SAW: " Shalat di masjidku ini (masjid Nabawi) lebih utama 1000 kali dibanding shalat di masjid lainnya kecuali di masjidil Haram lebih utama 100.000 kali shalat daripada masjid lainnya." (HR. Ahmad, Ibnu Huzaimah dan Hakim).Luas masjid Nabawi waktu di bangun Rasulullah SAW 2.475 m2. Kemudian diperluas lagi oleh Khalifah Umar bin Khattab 1.100 m2, diperluas lagi oleh Utsman bin Affan 496 m2. Kemudian terakhir diperluas lagi oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz hingga luasnya sekarang 165.000 m2.

b. Makam Rasulullah SAW

makam nabiDi Masjid Nabawi ini terdapat makam Rasulullah SAW, Abu Bakar As Shiddiq dan Umar bin Khattab, tempatnya tepat di bawah Greendome/ kubah hijau. Di Makam Rasulullah inilah kita disunnahkan mengunjungi dan menyampaikan salam kepada Rasulullah SAW. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW akan menjawab salam siapa-siapa yang memberikan salam kepadanya

c. Raudhah

raudhah

Raudhah adalah suatu tempat di dalam Masjid Nabawi yang letaknya antara makam Nabi SAW dan Mimbar, ditandai dengan tiang-tiang warna putih serta karpetnya berwarna abu-abu. Luas Raudhah dari arah timur ke barat sepanjang 22 m dan dari arah utara ke selatan sepanjang 15 m. Raudah adalah tempat yang makbul untuk berdoa.

d. Makam Baqi'

baqiMakam Baqi' terletak di sebelah timur Masjid Nabawi merupakan perkuburan tertua sejak zaman jahiliyah hingga sekarang. Disitulah makam para sahabat dan keluarga Nabi SAW dimakamkan antara lain: para Istri Nabi yaitu Aisyah RA, Ummi Salamah, Juwariyah, Zainab, Hafsah binti Umar bin Khattab dan Mariyah Al Qibtiyah R.A; putra-putri Nabi SAW: Ibrahim, Siti Fatimah, Zainab bin Ummu Kulsum; Ibu sesusuan Nabi Ruqayyah Halimatus Sa'diyah; para sahabat Nabi: Utsman bin Affan, Abu Ummah, Hasan bin Zarrah dari kaum Anshar dan Usman bin Maz'un dari Muhajirin.

e. Masjid Quba'qubq

Masjid Quba' adalah masjid yang pertama kali didirikan Nabi SAW ketika tiba dari Hijrah ke Madinah. Letaknya sekitar 5 Km barat daya Madinah. Di Masjid inilah untuk pertama kalinya shalat berjamaah dilakukan secara terang-terangan. Keutamaan Masjid ini seperti yang disebutkan dalam Hadits Nabi SAW: "Siapa saja yang bersuci di rumahnya. Kemudian datang ke Masjid Quba' dan shalat di dalamnya, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala umrah." (HR. Ahmad Nasa'i, Ibnu Majah, Hakim).

f. Masjid Qiblatainqiblatain

Masjid ini mula-mula dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah. Letaknya sekitar 5 Km barat daya Madinah, berdekatan dengan Masjid Quba'. Pada permulaan islam, orang melakukan shalat menhadap qiblatnya ke Baitul Maqdis, Masjidil Aqsha. Pada Tahun 2 H Hari Senin Bulan Rajab, ketika Rasulullah sedang Sholat Dhuhur tiba-tiba turun wahyu Surat Al Baqarah 144 agar Rasulullah merubah qiblat dari baitul Maqdis ke Ka'bah di Masjidil Haram, akhirnya Rasulullah memutar 180 derajat mengarah ke Masjidil Haram. Karena itulah Masjid ini dikenal dengan nama masjid dua Qiblat (qiblatain).

g. Jabal Uhuduhud

Letaknya sekitar 5 Km dari Masjid Nabawi. Di tempat inilah pada zaman Nabi SAW pernah terjadi peperangan antara Kaum Muslimin dengan kaum Quraisy. Pada awalnya kaum muslimin mendapatkan kemenangan tetapi karena tentara muslimin tergiur dengan harta rampasan perang dan tidak mematuhi perintah Nabi SAW, akhirnya tentara muslimin mengalami kekalahan. Disanalah banyak para Suhada yang meninggal termasuk Paman Nabi SAW, Sang Singa Padang Pasir, Sayyidina Hamzah RA terbunuh. Disunnahkan ketika berziarah ke Jabal Uhud ini kita memberi salam kepada para suhada Uhud serta mendoakannya.

CUACA DI MAKKAH DAN MADINAH

Kondisi cuaca di Makkah dan Madinah, sewaktu menunaikan ibadah Haji cukup enak, karena saya di sana pada tanggal 30 November sampai dengan 25 Desember, dimana pada bulan tersebut udara berangsur dingin dan malam hari waktunya lebih panjang.

Namun demikian, pada siang hari cuaca tetap lumayan panas dan matahari bersinar terik terutama di Makkah. Untuk menghindari cuaca terik tersebut, agar tidak silau kami menggunakan kaca mata. Dan untuk melindungi kulit dari sengatan matahari, saya memakai sun block. Serta untuk menghindari dehidari, perbanyak minum dan makan makanan yang air, semisal jeruk, apel dan minum juice buah-buahan.

Pada saat di Madinah, karena berada di ketinggian, udara sangat dingin sekali terutama pada pagi hari ketika akan sholat Subuh, sehingga saya memakai baju rangkap, kaos tangan, penutup kepala dan kaos kaki.

Cuaca di Makkah dan Madinah berubah berdasarkan musim. Berikut saya sarikan kondisi cuaca berdasarkan bulan-nya.

Januari: udara dingin sekali dan siang hari waktunya lebih singkat.
Februari: udara dingin sekali dan siang hari waktunya lebih singkat.
Maret: udara dingin sekali dan siang hari waktunya lebih singkat.
April: udara dalam keadaan sedang.
Mei: udara mulai terasa panas dan semakin hari semakin panas.
Juni: udara panas sekali dan siang hari waktunya lebih panjang.
Juli: udara panas sekali dan siang hari waktunya lebih panjang.
Agustus: udara panas sekali dan siang hari waktunya lebih panjang.
September: udara panas sekali dan siang hari waktunya lebih panjang.
Oktober: udara panas mulai berkurang.
November: mulai dingin dan siang hari waktunya semakin singkat.
Desember: berangsur dingin, malam hari waktunya lebih panjang.

Selasa, 27 Juli 2010

Jadwal Penyuntikan Vaksin Meningitis Calhaj Pertengahan September

Jakarta (Pinmas)--Penyuntikan vaksin meningitis kepada calon jamaah haji molor. Pada awalnya penyuntikan akan dilakukan pada awal Agustus, namun kini diundur menjadi pertengahan September.

Hal itu terjadi karena pengadaan vaksin halal yang tidak tepat waktu. ``Penyuntikan dilakukan sesudah lebaran,`` ujar Menteri Kesehatan (Menkes), Endang Rahayu Sedyaningsih, usai penandatanganan MoU antara Kementerian Kesehatan dan Kejaksaan Negeri di Jakarta, Selasa (28/7).

Dia beralasan, jika penyuntikan dilakukan pada Bulan Ramadhan sulit untuk direalisasikan. ``Kalau puasa mungkin orang akan malas untuk disuntik,`` katanya.

Sampai saat ini, pihaknya memang belum menunjuk vaksin yang akan disuntikkan kepada 211 ribu jamaah haji Indonesia. ``Dalam minggu ini akan kita putuskan,`` ucap Menkes.

Penunjukan vaksin itu masih menunggu hasil evaluasi terhadap khasiat, mutu, dan keamanan vaksin oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).(Rep/ts)

Kamis, 22 Juli 2010

Porsi Haji Jawa Timur Tahun 2010 s/d Tahun 2017

Estimasi Nomor Porsi Haji Jawa Timur Tahun 2010 s/d Tahun 2017
Diposting oleh : Pembimbing
Kategori: Porsi Haji - Dibaca: 2013 kali
Gimana nggak pusing tujuh keliling???! Mau berangkat haji tapi harus nunggu 7 tahun lagi..??! Waah.. keburu di jemput maut niih... Apalagi usia sudah tidak muda lagi alias usia Resti (Resiko Tinggi). Anda Sudah dapat Porsi Haji untuk wilayah Jawa Timur? Tahu kapan berangkatnya? Nah lihat Nomor Porsi daftar tunggu berikut ini:
Nomor Porsi Jawa Timur Tahun Berangkat
1300.178.334 - 1300.212.269 Tahun 2010
1300.212.270 - 1300.246.205 Tahun 2011
1300.246.205 - 1300.280.141 Tahun 2012
1300.280.142 - 1300.314.077 Tahun 2013
1300.314.078 - 1300.348.013 Tahun 2014
1300.348.014 - 1300.381.949 Tahun 2015
1300.381.950 - 1300.415.885 Tahun 2016

* Sumber SISKOHAT Depag KANWIL JAWA TIMUR

Selasa, 20 Juli 2010

Haji : Oleh KH. Prof. Dr. Quraisy Shihab

Memahami makna ibadah haji, membutuhkan pemahaman secara khusus sejarah Nabi Ibrahim dan ajarannya, karena praktek-praktek ritual ibadah ini dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman yang dialami Nabi Ibrahim as. Bersama keluarga beliau. Ibrahim as. dikenal sebagai "Bapak para Nabi", juga "Bapak monotheisme," serta "proklamator keadilan Ilahi" kepada beliaulah merujuk agama-agama samawi terbesar selama ini.

Para ilmuwan seringkali berbicara tentang penemuan-penemuan manusia yang mempengaruhi atau bahkan merubah jalannya sejarah kemanusiaan. Tapi seperti tulis al-Akkad, "Penemuan yang dikaitkan dengan Nabi Ibrahim as. Merupakan penemuan manusia yang terbesar dan yang tak dapat diabaikan para ilmuwan atau sejarawan, ia tak dapat dibandingkan dengan penemuan roda, api, listrik, atau rahasia-rahasia atom betapa pun besarnya pengaruh penemuan-penemuan tersebut, ... yang itu dikuasai manusia, sedangkan penemuan Ibrahim menguasai jiwa dan raga manusia. Penemuan Ibrahim menjadikan manusia yang tadinya tunduk pada alam, menjadi mampu menguasai alam, serta menilai baik buruknya, penemuan yang itu dapat menjadikannya berlaku sewenang-wenang, tapi kesewenang-wenangan ini tak mungkin dilakukannya selama penemuan Ibrahim as. itu tetap menghiasi jiwanya ... penemuan tersebut berkaitan dengan apa yang diketahui dan tak diketahuinya, berkaitan dengan kedudukannya sebagai makhluk dan hubungan makhluk ini dengan Tuhan, alam raya dan makhluk-makhluk sesamanya ..."
"Kepastian" yang dibutuhkan ilmuwan menyangkut hukum-hukum dan tata kerja alam ini, tak dapat diperolehnya kecuali melalui keyakinan tentang ajaran Bapak monotheisme itu, karena apa yang dapat menjamin kepastian tersebut jika sekali Tuhan ini yang mengaturnya dan di lain kali tuhan itu? Dengan demikian monoteisme Ibrahim as. bukan sekedar hakikat keagamaan yang besar, tapi sekaligus penunjang akal ilmiah manusia sehingga lebih tepat, lebih teliti lagi, lebih meyakinkan. Apalagi Tuhan yang diperkenalkan Ibrahim as. bukan sekedar tuhan suku, bangsa atau golongan tertentu manusia, tapi Tuhan seru sekalian alam, Tuhan yang imanen sekaligus transenden, yang dekat dengan manusia, menyertai mereka semua secara keseluruhan dan orang per orang, sendirian atau ketika dalam kelompok, pada saat diam atau bergerak, tidur atau jaga, pada saat kehidupannya, bahkan sebelum dan sesudah kehidupan dan kematiannya. Bukannya Tuhan yang sifat-sifat-Nya hanya monopoli pengetahuan para pemuka agama, atau yang hanya dapat dihubungi mereka, tapi Tuhan manusia seluruhuya secara universal.

Ajaran Ibrahim as. atau "penemuan" beliau benar-benar merupakan suatu lembaran baru dalam sejarah kepercayaan dan bagi kemanusiaan, walaupun tauhid bukan sesuatu yang tak dikenal sebelum masa beliau, demikian pula keadilan Tuhan, serta pengabdian pada yang hak dan transenden. Namun itu semua sampai masa Ibrahim bukan merupakan ajaran kenabian dan risalah seluruh umat manusia. Di Mesir 5.000 tahun lalu telah dikumandangkan ajaran keesaan Tuhan, serta persamaan antara sesama manusia, tapi itu merupakan dekrit dari singgasana kekuasaan yang kemudian dibatalkan oleh dekrit penguasa sesudahnya.

Ibrahim datang mengumandangkan keadilan Ilahi, yang mempersamakan semua manusia dihadapan-Nya, sehingga betapa pun kuatnya seseorang. Ia tetap sama di hadapan Tuhan dengan seseorang yang paling lemah sekali pun, karena kekuatan si kuat diperoleh dari pada-Nya, sedangkan kelemahan si lemah adalah atas hikmah kebijaksanaan-Nya. Dia dapat mencabut atau menganugerahkan kekuatan itu pada siapa saja sesuai dengan sunnah-sunnah yang ditetapkan-Nya.

Ibrahim hadir di pentas kehidupan pada suatu masa persimpangan menyangkut pandangan tentang manusia dan kemanusiaan, antara kebolehan memberi sesajen yang dikorbankan berupa manusia, atau ketidakbolehannya dengan alasan bahwa manusia adalah makhluk yang sangat mulia, melalui Ibrahim as. secara amaliah dan tegas larangan tersebut dilakukan, bukan karena manusia terlalu tinggi nilainya sehingga tak wajar untuk dikorbankan

atau berkorban, tapi karena Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Putranya Ismail diperintahkan Tuhan untuk dikorbankan, sebagai pertanda bahwa apa pun --bila panggilan

telah tiba wajar untuk dikorbankan demi karena Allah. Setelah perintah tersebut dilaksanakan sepenuh hati oleh ayah dan anak, Tuhan dengan kekuasaan-Nya menghalangi penyembelihan tersebut dan menggantikannya dengan domba sebagai pertanda bahwa hanya karena kasih sayang-Nya pada manusia, maka praktek pengorbanan semacam itu pun tak diperkenankan.

Ibrahim menemukan dan membina keyakinannya melalui pencaharian dan pengalaman-pengalaman kerohanian yang dilaluinya dan hal ini secara agamis atau Qur'ani terbukti bukan saja dalam penemuannya tentang keesaan Tuhan seru sekalian alam, sebagaimana diuraikan dalam QS. al-An'am 6:75, tapi juga dalam keyakinan tentang hari kebangkitan. (Menarik untuk diketahui bahwa beliaulah satu-satunya Nabi yang disebut al-Qur'an meminta pada Tuhan untuk diperlihatkan bagaimana caranya menghidupkan yang mati, dan permintaan beliau itu dikabulkan Tuhan, lihat, QS. al-Baqarah 2:260).

Demikian sebagian kecil dari keistimewaan Nabi Ibrahim, sehingga wajar jika beliau dijadikan teladan seluruh manusia, seperti ditegaskan al-Qur'an surah al-Baqarah 2:127.

Keteladanan tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk ibadah haji dengan berkunjung ke Makkah, karena beliaulah bersama putranya Ismail yang membangun (kembali) fondasi-fondasi Ka'bah (QS. al-Baqarah 2:127), dan beliau pulalah yang diperintahkan untuk mengumandangkan syari'at haji (QS. al-Haj 22:27). Keteladanan yang diwujudkan dalam bentuk ibadah tersebut dan yang praktek-praktek ritualnya berkaitan dengan peristiwa yang beliau dan keluarga alami, pada hakikataya merupakan penegasan kembali dari setiap jamaah haji, tentang keterikatannya dengan prinsip-prinsip keyakinan yang dianut Ibrahim, yang intinya adalah,

1. Pengakuan Keesaan Tuhan, serta penolakan terhadap segala macam dan bentuk kemusyrikan baik berupa patung-patung, bintang, bulan dan matahari bahkan segala sesuatu selain dari Allah swt.

2. Keyakinan tentang adanya neraca keadilan Tuhan dalam kehidupan ini, yang puncaknya akan diperoleh setiap makhluk pada hari kebangkitan kelak.

3. Keyakinan tentang kemanusiaan yang bersifat universal, tiada perbedaan dalam kemanusiaan seseorang dengan lainnya, betapa pun terdapat perbedaan antar mereka dalam hal-hal lainnya.

Ketiga inti ajaran ini tercermin dengan jelas atau dilambangkan dalam praktek-praktek ibadah haji ajaran Islam. Tulisan ini akan menitikberatkan uraian menyangkut butir

ketiga, walau pun disadari, keyakinan tentang keesaan Tuhan dan ketundukan semua makhluk di bawah pengawasan, pengaturan dan pemeliharaan-Nya, mengantar makhluk ini, khususnya manusia menyadari bahwa mereka semua sama dalam ketundukan pada Tuhan, manusia dalam pandangan al-Qur'an, sama dari segi ini dengan makhluk-makhluk lain, karena walau pun manusia memiliki kemampuan menggunakan makhluk-makhluk lain, namun kemampuan tersebut bukan bersumber dari dirinya, tapi akibat penundukan Tuhan dan karena itu ia tak dibenarkan berlaku sewenang-wenang terhadapnya, tapi berkewajiban bersikap bersahabat dengannya.

Keyakinan akan keesaan Tuhan juga mengantar manusia untuk menyadari, bahwa semua manusia dalam kedudukan yang sama dari segi nilai kemanusiaan, karena semua mereka diciptakan dan berada di bawah kekuasaan Allah swt. QS. al-Hujurat 13 menunjukkan betapa erat kaitan antara keyakinan akan keesaan Tuhan dengan persamaan nilai kemanusiaan.

Ibadah haji dikumandangkan Ibrahim as. sekitar 3600 tahun lalu. Sesudah masa beliau, praktek-prakteknya sedikit atau banyak telah mengalami perubahan, namun kemudian diluruskan kembali oleh Muhammad saw. Salah satu hal yang diluruskan itu, adalah praktek ritual yang bertentangan dengan penghayatan nilai universal kemanusiaan haji. Al-Qur'an Surah al-Baqarah 2:199, menegur sekelompok manusia (yang dikenal dengan nama al-Hummas) yang merasa diri memiliki keistimewaan sehingga enggan bersatu dengan orang banyak dalam melakukan wuquf. Mereka wukuf di Mudzdalifah sedang orang banyak di Arafah. Pemisahan diri yang dilatarbelakangi perasaan superioritas dicegah oleh al-Qur'an dan turunlah ayat tersebut diatas. "Bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak dan mohonlah ampun kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Tak jelas apakah praktek bergandengan tangan saat melaksanakan thawaf pada awal periode sejarah Islam, bersumber dari ajaran Ibrahim dalam rangka mempererat persaudaraan dan rasa persamaan. Namun yang pasti Nabi saw membatalkannya, bukan dengan tujuan membatalkan persaudaraan dan persamaan itu, tapi karena alasan-alasan praktis pelaksanaan thawaf.

Salah satu bukti yang jelas tentang keterkaitan ibadah haji dengan nilai-nilai kemanusiaan adalah isi khutbah Nabi saw pada haji wada' (haji perpisahan) yang intinya menekankan: Persamaan; keharusan memelihara jiwa, harta dan kehormatan orang lain; dan larangan melakukan penindasan atau pemerasan terhadap kaum lemah baik di bidang ekonomi maupun fisik.

Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Universal

Makna kemanusiaan dan pengalaman nilai-nilainya tak hanya terbatas pada persamaan nilai antar perseorangan dengan yang lain, tapi mengandung makna yang jauh lebih dalam dari sekedar persamaan tersebut. Ia mencakup seperangkat nilai-nilai luhur yang seharusnya menghiasi jiwa pemiliknya. Bermula dari kesadaran akan fitrah atau jati dirinya serta keharusan menyesuaikan diri dengan tujuan kehadiran di pentas bumi ini. Kemanusiaan mengantar putra-putri Adam menyadari arah yang dituju serta perjuangan mencapainya. Kemanusiaan menjadikan makhluk ini memiliki moral serta berkemampuan memimpin makhluk-makhluk lain mencapai tujuan penciptaan. Kemanusiaan mengantarnya menyadari bahwa ia adalah makhluk dwi dimensi yang harus melanjutkan evolusinya hingga mencapai titik akhir. Kemanusiaan mengantarnya sadar bahwa ia adalah makhluk sosial yang tak dapat hidup sendirian dan harus bertenggang rasa dalam berinteraksi.

Makna-makna tersebut dipraktekkan dalam pelaksanaan ibadah haji, dalam acara-acara ritual, atau dalam tuntunan non ritualnya, dalam bentuk kewajiban atau larangan, dalam bentuk nyata atau simbolik dan kesemuanya pada akhirnya mengantar jemaah haji hidup dengan pengamalan dan pengalaman kemanusiaan universal. Berikut ini dikemukakan secara sepintas beberapa di antaranya.

Pertama, ibadah haji dimulai dengan niat sambil menanggalkan pakaian biasa dan mengenakan pakaian ihram. Tak dapat disangkal bahwa pakaian menurut kenyataannya dan juga menurut al-Qur'an berfungsi sebagai pembeda antara seseorang atau sekelompok dengan lainnya. Pembedaan tersebut dapat mengantar kepada perbedaan status sosial, ekonomi atau profesi. Pakaian juga dapat memberi pengaruh psikologis pada pemakainya. Di

Miqat Makany di tempat dimana ritual ibadah haji dimulai, perbedaan dan pembedaan tersebut harus ditanggalkan. Semua harus memakai pakaian yang sama. Pengaruh-pengaruh psikologis dari pakaian harus ditanggalkan, hingga semua merasa dalam satu kesatuan dan persamaan. "Di Miqat ini ada pun ras dan sukumu lepaskan semua pakaian yang engkau kenakan sehari-hari sebagai serigala (yang melambangkan kekejaman dan penindasan), tikus (yang melambangkan kelicikan), anjing (yang melambangkan tipu daya), atau domba (yang melambangkan penghambaan). Tinggalkan semua itu di Miqat dan berperanlah sebagai manusia yang sesungguhnya. [2]

Di Miqat dengan mengenakan dua helai pakaian berwarna putih-putih, sebagaimana yang akan membalut tubuhnya ketika ia mengakhiri perjalanan hidup di dunia ini, seorang yang

melaksanakan ibadah haji akan atau seharusnya dipengaruhi jiwanya oleh pakaian ini. Seharusnya ia merasakan kelemahan dan keterbatasannya, serta pertanggungjawaban yang akan ditunaikannya kelak di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang disisi-Nya tiada perbedaan antara seseorang dengan yang lain, kecuali atas dasar pengabdian kepada-Nya.

Kedua, dengan dikenakannya pakaian ihram, maka sejumlah larangan harus diindahkan oleh pelaku ibadah haji. Seperti jangan menyakiti binatang, jangan membunuh, jangan menumpahkan darah, jangan mencabut pepohonan. Mengapa? Karena manusia berfungsi memelihara makhluk-makhluk Tuhan itu, dan memberinya kesempatan seluas mungkin mencapai tujuan penciptaannya. Dilarang juga menggunakan wangi-wangian, bercumbu atau kawin, dan berhias supaya setiap haji menyadari bahwa manusia bukan hanya materi semata-mata bukan pula birahi. Hiasan yang dinilai Tuhan adalah hiasan rohani. Dilarang pula menggunting rambut, kuku, supaya masing-masing menyadari jati dirinya dan menghadap pada Tuhan sebagaimana apa adanya.

Ketiga, Ka'bah yang dikunjungi mengandung pelajaran yang amat berharga dari segi kemanusiaan. Di sana misalnya ada Hijr Ismail yang arti harfiahnya pangkuan Ismail. Di sanalah Ismail putra Ibrahim, pembangun Ka'bah ini pernah berada dalan pangkuan Ibunya yang bernama Hajar, seorang wanita hitam, miskin bahkan budak, yang konon kuburannya pun di tempat itu, namun demikian budak wanita ini ditempatkan Tuhan di sana atau peninggalannya diabadikan Tuhan, untuk menjadi pelajaran bahwa Allah swt memberi kedudukan untuk seseorang bukan karena keturunan atau status sosialnya, tapi karena kedekatannya kepada Allah swt dan usahanya untuk menjadi hajar atau berhijrah dari kejahatan menuju kebaikan, dari keterbelakangan menuju peradaban.

Keempat, setelah selesai melakukan thawaf yang menjadikan pelakunya larut dan berbaur bersama manusia-manusia lain, serta memberi kesan kebersamaan menuju satu tujuan yang sama yakni berada dalam lingkungan Allah swt dilakukanlah sa'i. Di sini muncul lagi Hajar, budak wanita bersahaja yang diperistrikan Nabi Ibrahim itu, diperagakan pengalamannya mencari air untuk putranya. Keyakinan wanita ini akan kebesaran dan kemahakuasaan Allah sedemikian kokoh, terbukti jauh sebelum peristiwa pencaharian ini, ketika ia bersedia ditinggal (Ibrahim) bersama anaknya di suatu lembah yang tandus, keyakinannya yang begitu dalam tak menjadikannya samasekali berpangku tangan menunggu turunnya hujan dari langit, tapi ia berusaha dan berusaha berkali-kali mondar-mandir demi mencari kehidupan. Hajar memulai usahanya dari bukit Shafa yang arti harfiahnya adalah "kesucian dan ketegaran" [3] --sebagai lambang bahwa mencapai kehidupan harus dengan usaha yang dimulai dengan kesucian dan ketegaran-- dan berakhir di Marwah yang berarti "ideal manusia, sikap menghargai, bermurah hati dan memaafkan orang lain" [4].

Adakah makna yang lebih agung berkaitan dengan pengamalan kemanusiaan dalam mencari kehidupan duniawi melebihi makna-makna yang digambarkan di atas? Kalau thawaf menggambarkan larutnya dan meleburnya manusia dalam hadirat Ilahi, atau dalam istilah kaum sufi al-fana' fi Allah maka sai' menggambarkan usaha manusia mencari hidup --yang ini dilakukan begitu selesai thawaf-- yang melambangkan bahwa kehidupan dunia dan akhirat merupakan suatu kesatuan dan keterpaduan. Maka dengan thawaf disadarilah tujuan hidup manusia. Setengah kesadaran itu dimulai sa'i yang menggambarkan, tugas manusia adalah berupaya semaksimal mungkin. Hasil usaha pasti akan diperoleh baik melalui usahanya maupun melalui anugerah Tuhan, seperti yang dialami Hajar bersama putranya Ismail dengan ditemukannya air Zamzam itu.

Kelima, di Arafah, padang yang luas lagi gersang itu seluruh jamaah wuquf (berhenti) sampai terbenamnya matahari. Di sanalah mereka seharusnya menemukan ma'rifat pengetahuan sejati tentang jati dirinya, akhir perjalanan hidupnya, serta di sana pula ia menyadari langkah-langkahnya selama ini, sebagaimana ia menyadari pula betapa besar dan agung Tuhan yang kepadaNya bersimpuh seluruh makhluk, sebagaimana diperagakan secara miniatur di padang tersebut. Kesadaran-kesadaran itulah yang mengantarkannya di padang 'arafah untuk menjadi 'arif atau sadar dan mengetahui. Kearifan apabila telah menghias seseorang, maka Anda akan, menurut Ibnu Sina, "Selalu gembira, senyum, betapa tidak senang hatinya telah gembira sejak ia mengenal-Nya, ... di

mana-mana ia melihat satu saja, ... melihat Yang Maha Suci itu, semua makhluk di pandangnya sama (karena memang semua sama, ... sama membutuhkan-Nya). Ia tak akan mengintip-ngintip kelemahan atau mencari-cari kesalahan orang, ia tidak akan cepat tersinggung walau melihat yang mungkar sekalipun karena jiwanya selalu diliputi rahmat dan kasih sayang.

Keenam, dari Arafah para jamaah ke Mudzdalifah mengumpulkan senjata menghadapi musuh utama yaitu setan, kemudian melanjutkan perjalanan ke Mina dan di sanalah para Jamaah haji melampiaskan kebencian dan kemarahan mereka masing-masing terhadap musuh yang selama ini menjadi penyebab segala kegetiran yang dialaminya.

Demikianlah ibadah haji merupakan kumpulan simbol-simbol yang sangat indah, apabila dihayati dan diamalkan secara baik dan benar, maka pasti akan mengantarkan setiap pelakunya dalam lingkungan kemanusiaan yang benar sebagaimana dikehendaki Allah.



CATATAN

1. Lihat Abbas Mahmud al-Aqqad dalam Al-'Aqaid Wa al-mazahib, Dar al-Kitab al-Arabi, Beirut 1978, h. 12-15.

2. Lihat lebih jauh Ali Syariati dalam Haji, penterjemah Anas Mahyuddin, Pustaka Bandung, 1983, h. 12.

3. Lihat al-Qurthuby dalam Tafsirnya al-jami'li Ahkam al-Qur'an, Dar al-Kitab al-Arabi, Cairo 1967, Jilid 11, h.180.

4. Lihat Abdul Halim Mahmud, Al-tafkir al-falsafi fi 'l-Islam, Dar al-Kitab al-Arabi, Beirut, 1982. h. 430.

Sumber : http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Konteks/HajiQS.html

Pemerintah Putuskan gunakan Vaksin GSK, untuk Jama'ah Haji 2010

JAKARTA–Pemerintah telah memutuskan penggunaan vaksin meningitis untuk para calon jamaah haji. Hal itu diputuskan setelah tender pengadaan vaksin dimenangkan oleh PT Biofarma. Dari persyaratan yang telah ditetapkan, hanya produsen vaksin asal Belgia, Glaxosmithkline (GSK), yang sesuai.

Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (Binfar Alkes) Kemenkes, Sri Indrawati mengatakan, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Mengenai mutu, dan keamanan menjadi pertimbangan Kemenkes. Selain itu, hingga saat ini hanya GSK yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Proses tender, kata Sri, tidak berlangsung lama. “Kita sudah melakukan tender secara terbuka, tapi hanya ada satu peserta,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Kamis (15/7).

Akhirnya, pihaknya melakukan penunjukan langsung kepada Biofarma sebagai peserta tunggal proses tender. Penunjukan langsung ini bukanlah yang pertama. Pada dua kali tender sebelumnya, pihaknya juga melakukan penunjukan langsung. Hal itu dilaksanakan atas usulan dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah (LPPK).

Mengenai fatwa haram dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap vaksin meningitis produksi GSK, pihaknya juga mengaku kesulitan. “Kita menghadapi dilema, di satu sisi itu haram, di sisi lain kalau tidak disuntik vaksin jamaah haji kita tidak boleh berangkat,” bebernya.

Jika harus menunggu fatwa baru dari MUI, pihaknya mengaku kerepotan. Ditambah, produsen vaksin tidak bisa menyediakan stok vaksin yang banyak dalam waktu singkat.

Sementara itu, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Wan Alkadri mengatakan, saat ini terdapat tiga produsen vaksin meningitis yang ada di Indonesia. Yakni, Novartis dari Italia, Tian Yuan dari Cina, dan GSK. Novartis dan Tian Yuan sampai saat ini masih dalam proses pendaftaran di BPOM dan juga pengkajian oleh MUI.

Pihaknya tidak yakin keduanya dapat menyelesaikan proses pendaftaran di BPOM dapat selesai dalam waktu dekat. Oleh karena itu, pihaknya memilih vaksin dari GSK.

Lebih lanjut Wan menuturkan, penyuntikan vaksin produksi GSK akan dimulai pada awal Agustus. “Saat ini kita sudah mulai mendistribusikan ke daerah-daerah yang jumlah jamaahnya sedikit,” paparnya.

Dia mengharapkan, proses penyuntikan vaksin akan selesai pada akhir September. Hal itu terkait dengan jadwal pemberangkatan jamaah haji yang dilakukan pada 14 Oktober.
Pada tahun ini, total Kemenkes membutuhkan sebanyak 230 ribu dosis vaksin meningitis. Vaksin-vaksin itu akan disuntikkan kepada 211 ribu calon jamaah haji.

MUI: Vaksin Meningitis Novartis dan Tian Yuan Halal

Jakarta(Pinmas)--Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ichwan Sam, mengatakan, pihaknya pada dua hari lalu sudah mengeluarkan fatwa bahwa hanya dua vaksin meningitis yang halal, yakni vaksin meningitis produksi Novartis dari Italia dan Tian Yuan dari Cina. Sementara, vaksin meningitis produksi Glaxo dari Belgia dinyatakan haram.

"Dua hari yang lalu MUI telah memutuskan bahwa vaksin meningitis yang digunakan untuk jamaah haji yang selama ini haram telah diputuskan dua yang kemudian, yang pertama produksi dari Novartis Italia dan yang kedua produksi Tian Yuan Cina dinyatakan halal dan telah melalui penelitian," kata Ichwan di Kantor Presiden, Senin (19/7).

Ichwan menyampaikan hal itu usai mendampingi pimpinan MUI bersilaturahim dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ichwan mengatakan, fatwa tersebut sebenarnya baru akan diumumkan MUI kepada publik pada Selasa (20/7). Namun, kata dia, Presiden sudah mendapatkan bocoran tentang fatwa itu dan Presiden menyambut baik.

Ichwan menjelaskan, ada tiga perusahaan yang mengajukan produk meningitis. Dari tiga yang diajukan itu, satu produk dari Glaxo asal Belgia dinyatakan haram karena mengandung babi. "Dua dipastikan tidak mengandung babi, yang Glaxo mengandung babi, setelah dilakukan pemeriksaan," kata Ichwan.

Menurut dia, fatwa MUI ini akan mulai dilaksanakan pada pelaksanaan haji 2010 ini. Dia mengetahui bahwa pemerintah sudah memesan vaksin dari Glaxo, tapi vaksin tersebut tetap tidak bisa digunakan karena haram. "Tapi itu bagian daripada cost, tadi Presiden mengatakan, pemerintah tidak menggunakan itu," kata dia.(Rep/ts)

Sabtu, 17 Juli 2010

Vaksin Meningitis Akan Diberikan Dua Pekan Sebelum Pemberangkatan Kloter 1

Jakarta (Pinmas)--Kementerian Kesehatan siap melayani kesehatan jamaah haji mulai dari tanah air, sepanjang pelaksanaan haji, bahkan sampai mereka kembali lagi ke tanah air. Ada 10 petugas kesehatan yang berjaga di Arab Saudi hingga 10 hari setelah kepulangan jamaah, bilamana terdapat jemaah haji Indonesia yang harus dirawat di rumah sakit setempat. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan hal ini dalam keterangan pers, usai rapat terbatas kabinet, di Kantor Presiden, Selasa (13/7) sore.

Menkes menjelaskan, proses perekutan tenaga kesehatan untuk ibadah haji tahun ini sudah dilakukan sejak April lalu. Pendaftaran dilakukan secara oline dan terdapat 35 ribu lebih yang mendaftar. Dari jumlah itu, 22 ribu pelamar dinyatakan berkasnya lengkap dan yang terseleksi hanya skitar 11 ribu.

"Sekarang mereka sedang masa pelatihan. Petugas kesehatan ada yang terbang mengikuti kloter, didampingi oleh 1 dokter dan 2 perawat. Ada juga petugas kesehatan yang berada di Makkah dan Madinah," ujar Endang Rahayu. Di Makkah terdapat Badan Pengobatan Haji Indonesia yang setaraf dengan rumah sakit tipe C dengan 180 tempat tidur. Sedangkan di Madinah dengan kapasitas lebih kecil, yaitu 55 tempat tidur.

Sampai saat ini pihak Arab Saudi masih mewajibkan vaksinasi Meningitis Meniongkok tanpa terkecuali. "Berdasarkan fatwa MUI yang mengatakan sepanjang belum ada yang dikatakan sebagai halal maka dapat dipakai vaksin yang ada," kata Menkes.

Vaksin ini harus diberikan kepada pasien 2 pekan sebelum pemberangkatan Kloter 1. "Setelah Lebaran, langsung vaksin ini akan diberikan di Puskesmas dan rumah sakit. Dalam waktu dua pekan, seluruh calon jamaah harus sudah selesai divaksinasi," Endang Rahayu menjelaskan. "Kami sudah siap dan sudah mendistribusikan ke daerah."(sby.info/ts)

Rabu, 30 Juni 2010

18 TIP SHOLAT KHUSYU'

  • Ada beberapa hal yg membuat sholat menjadi mantap. Mantap? ya, maksud saya adalah khusyu’. Silahkan disimak: 1. Bersiap diri sepenuhnya untuk shalat. Kebanyakan dari kita bersiap untuk sholat seperti bangun dari tempat duduk yang berbantalkan lem power glue, berat dan susah rasanya untuk meninggalkan meski sejenak, aktivitas, hobi dan kesibukkan.
    2. Tuma’ninah, artinya tenang, konsentrasi, fokus dan gak banyak bergerak untuk hal-hal yg tidak penting, tetapi juga bukan berarti diam membatu seperti semedi atau bertapa.
    3. Mengingat mati di saat shalat, kalo lagi sholat yang diingat adalah kematian, niscaya bertambahlah pasrah diri kita terhadap Allah, sholatpun seakan-akan aktivitas terakhir kita di dunia di hadapan Allah.
    4. Memahami makna bacaan shalat. Sebaiknya sedikit banyak kaum muslimin hendaknya mempelajari bahasa Arab, sebab bagaimanapun allah sudah memilih bahasa arab sebagai bahasa pengantar agamaNya. Saya jamin gak susah lho. Atau paling tidak memahami makna do’a dan surat-surat bacaan dalam sholat saja, itu sudah cukup. Adalah tidak masuk akal kita meminta kepada Allah dengan ucapan yang kita sendiri tidak memahaminya, Islam bukan agama mantra
    5. Membaca al-Qur’an sambil berhenti pada setiap ayat. Faidahnya adalah memberi nafas kepada setiap ayat lalu memberi kesempatan hati untuk menerjemahkan arti dan makna dari setiap huruf dan kata bahkan kalimat yang telah terucap.
    6. Membaca al-Qur’an dengan tartil serta membaguskan bacaan. Dalilnya adalah jelas, silahkan buka-buka di al Qur’an.
    7. Yakin bahwa Allah akan menerima seluruh do’a, sanjungan, pujian, dan harapan dalam sholat kita.
    8. Meletakkan sutrah ( tabir pembatas ) mendekatkan diri ke arahnya, maksud meletekan pembatas adalah ketika kita sholat sendirian, misalkan di sebuah masjid, sementara orang berlalu lalang di hadapan kita. Seorang yang berlalu di depan seorang yg sedag sholat, sungguh ia telah mendapatkan kerugian dan masalah besar jika ia mengetahuinya. Sementara membiarkan seseorang seenaknya sendiri lewat di depan muka kita ketika kita sedang sholat, maka hal itu membuat kekhusyu’an sholat kita jadi terganggu.
    9. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dadanya, jangan salah, bukan di sebelah atas dada yakni di dekat leher, atau di perut, atau di pusar, atau di bawah puser atau di lambung.
    10. Melihat ke arah tempat sujud, maknanya adalah ketundukan terhadap Allah, jangan coba-coba jelalatan ke kiri-ke kanan atau bahkan ke atas, tanggung sendiri dosanya kelak.
    11. Menggerak-gerakan jari telunjuk, dalam hal ini ada perbedaan pendapat, pada prinsipnya; ikuti saja yang anda ketahui dalilnya dan jangan mempermasalahkan orang lain yg berbeda dengan anda. Menurut saya menggerakkan jari lebih membantu konsentrasi sholat ketika dalam duduk tasyahud. Sesuai hadits yg mengatakan syaithon takut terhadap gerakan jari dalam tasyahud sholat, silahkan rujuk sendiri haditsnya.
    12. Membaca surat-surat al-Qur’an atau do’a-do’a secara berganti-ganti, Allah memberikan kita kemampuan untuk belajar, dan menghafal, jadi tentu saja kenapa mesti menggunakan surat yang itu-itu saja ketika sholat? surat yang lain bisa ngiri lho..
    13. Membaca ayat-ayat Sajdah, dalam al qur’an ada ayat-ayat tertentu yang kita disyariatkan untuk bersujud ketika membacanya, dalam kondisi apapun asalkan sikon memungkinkan. Jadi jangan kaget atau menuduh aneh, sesat dan sebagainya ketika suatu saat kita jadi makmum tiba-tiba di tengah jalan imamnya sujud.
    14. Memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan, sesungguhnya yg namanya setan kabur tunggang langgang ketika adzan atau iqomah dikumandangkan, lalu udah gitu mereka akan balik lagi ke arah orang-orang sholat seperti para demonstran yang terbirit-birit menhindari gas air mata polisi, lalu ketika polisi mundur mereka datang lagi dan tidak jera sebelum tuntutan mereka di dengar MPR, he..he..
    15. Membayangkan kekhusyu’an orang-orang shalih terdahulu saat mereka shalat, artinya banyak-banyak baca kisah para shahabat, bagaimana mereka sholat.
    16. Mengetahui keistimewaan-keistimewaan khusyu’ dalam shalat. Saya tidak membahas keistimewaan khusyu dalam tulisan ini, silahkan googling sendiri. Yang jelas sholat yg itu akan bermakna bagi si pelaku mana kala sholatnya benar dan khusyu. Sholat yg benar dan kshuyu saja bukan jaminan 100% diterima (karena kewajiban manusia adalah menjalankan perintah dgn sebaik-baiknya, hasil di tangan allah), apalagi yang sholatnya gak benar dan gak khusyu’, terus gimana yg sholatnya gak benar tetapi khusyu’…? Wah, berarti anda gak memahami tulisan ini keseluruhan.. :)
    17. Bersungguh-sungguh dalam berdo’a ketika sholat, khususnya pada waktu sujud. 90 % bacaan sholat adalah do’a, tentu ini untuk kebaikan kita. Karenanya bersungguh-sungguhlah dalam meminta kepada Sang Pemilik segalanya, laiknya kita memohon pinjaman kepada kreditor, dengan menghiba, dengan memelas, hanya saja bedanya dalam berdo’a haram hukumnya memberikan data-data palsu..
    18. Berdzikir setelah shalat, jangan lupakan nih.., gak baik terburu-buru setelah sholat, kecuali anda adalah pengantin baru yang baru saja selesai akkad nikah lalu melakukan sholat berjamaah berdua… hi..hi..
    Demikianlah yang bisa saya cuplak-cuplik dan sedikit ziyadah yang belum tentu shahih. Mudah-mudahan bermanfaat bagi saya. Bagi anda? Terserah… amal anda kan anda yg bertanggung jawab








Senin, 28 Juni 2010

KRETA API UNTUK HAJI 2010







Foto Mekkah (Pinmas)--Tahap pertama proyek Monorel Makkah diharapkan akan selesai sebelum tahun ini haji. Hal ini akan memungkinkan para peziarah haji 35 persen menggunakan jasa kereta, kata Presiden Saudi Railway Organization (SRO) Abdul Aziz Al-Hoqail.
Menurutnya, monorel ini akan menghubungkan tempat-tempat suci dari Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ini akan mengurangi kemacetan lalu lintas, khususnya pada hari Arafah, yang biasanya membuat lalu lintas di Makkah tak bergerak.
"Meskipun seluruh proyek akan selesai sebelum musim haji tahun depan, penyelesaian tahap pertama akan bisa mengangkut 35 persen dari layanan kami akan ditawarkan kepada para peziarah tahun ini sendiri," kata Hoqail.
Bila proyek selesai, maka 50 ribu mobil dan bus yang membawa peziarah antara Arafah, Muzdalifah, dan Mina seperti yang digunakan sebelumnya tidak lagi diperlukan.
Proyek dimulai dua tahun yang lalu di bagian selatan tempat-tempat suci di mana sebagian besar jamaah haji dari Arab Saudi serta negara-negara Teluk secara tradisional diakomodasi.
Nantinya, jamaah haji hanya berjalan tidak lebih dari 300 meter untuk mencapai salah satu dari tiga stasiun kos di Arafah. Muzdalifah juga akan memiliki tiga stasiun. Stasiun pertama di Mina dekat dengan Muzdalifah, sangat dekat dengan tempat melontar jumrah.
Kereta api ini dibangun sejajar dengan jalan sehingga pejalan kaki dan tenda jamaah haji di Mina tidak terganggu. Sistem seluruh kereta, termasuk stasiun, akan ditinggikan dan akan disiapkan akses eskalator dan tangga untuk mencapainya.
Masing-masing dari lima baris dari proyek monorel akan memiliki kapasitas per jam untuk membawa 60 ribu hingga 80 ribu penumpang antara Mina, Arafah dan Muzdalifah, dan kemudian antara Mina dan Makkah. Semua kereta akan memiliki 12 kompartemen besar, masing-masing 23 meter panjang dan tiga meter lebarnya.
Sebuah perusahaan Cina telah melakukan pembangunan jalur kereta api dan stasiun mempekerjakan 5.000 pekerja. Sumber informasi mengatakan gerbong kereta dan mesin kereta segera akan dikirim dari Cina ke Pelabuhan Islam Jeddah.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review